Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai peerapan zona wabah Virus Corona tidak efektif dalam menerapkan prosedur dan mekanisme belajar di sekolah.
Dia beralasan protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 di sekolah harus disesuaikan dengan kondisi setiap sekolah, tidak bisa hanya dengan mengandalkan label zona.
“Harus disiapkan itu protokolnya per sekolah, sebab zona itu terus berubah. Hari ini kuning, besok hijau. Besok lagi bisa merah. Ini sangat cepat, jadi pendekatan pemerintah tak bisa pakai zona harus cek, asesment, setiap sekolah,” ujar Pandu kepada Bisnis melalui saluran telepon, Sabtu (8/8/2020).
Dia menegaskan, mekanisme penerapan protokol sesuai kondisi sekolah, sangat penting untuk mengantisipasi dan mengatur lebih detail aktivitas anak di sekolah.
Prosedur umum seperti mengecek suhu, jaga jarak, dan mengenakan masker saja tidak cukup. Dia mengambil contoh pentingnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengecek setiap sekolah karena:
Pertama, sangat berkaitan dengan mekanisme dan aktivitas pembelajaran.
Baca Juga
Kedua, pentingnya untuk mengecek ketersediaan fasilitas di sekolah misalnya tempat cuci tangan yang memadai dan bersih.
Ketiga, durasi belajar.
Keempat, penjagaan aktivitas bermain anak selama jam istirahat.
Kelima, prosedur aktivitas di kantin selama anak menghabiskan jam istirahat.
Keenam, terkait pula kondisi bangunan sekolah serta jaminan kebersihan fasilitas penunjang seperti AC dan kipas angin serta meja dan kursi yang perlu dibersihkan setiap hari.
Ketujuh, jaminan anak sekolah tidak berkeliaran seusai waktu pembelajaran. Hal ini juga perlu penegasan agar anak setelah sekolah wajib pulang ke rumah bukan bermain atau bepergian ke tempat lain.
“Jadi pada dasarnya kalau mau masuk sekolah di setiap zona itu Silakan saja. Asalkan semua detail protokol dan standar setiap sekolah sudah dicek. Jangan sampai memakai zona itu terkesan menganggap remeh persoalan penularan. Ingat loh, pemakaian zona bukan berarti aman dari penularan,” tutur Pandu.
Inilah, menurut Pandu, jika pemerintah belum cukup siap menangani kondisi itu, maka mekanisme PJJ yang monoton dan melelahkan perlu diantisipasi.
Dia menilai tak masalah jika guru diarahkan lebih kreatif, mengurangi beban tugas anak selama PJJ, dan memberi waktu luang lebih banyak bagi peserta didik. Setidaknya, kata Pandu, PJJ masih dalam opsi yang lebih aman jika masuk sekolah tanpa kesiapan tenaga didik dan protokol kesehatan sekolah.