Bisnis.com, JAKARTA - Para pejabat Amerika Serikat mengatakan badan intelijen Rusia menggunakan tiga situs web berbahasa Inggris untuk menyebarkan disinformasi tentang pandemi virus Corona.
Disinformasi tersebut, tuding mereka, dimaksudkan untuk mengeksploitasi krisis saat Amerika Serikat berusaha mengatasinya menjelang pemilihan presiden pada November mendatang.
Dua pejabat Rusia yang memegang peran senior dalam dinas intelijen militer Moskow atau dikenal sebagai GRU diidentifikasi sebagai pihak yang bertanggung jawab atas upaya disinformasi tersebut.
Penyebaran informasi sesat soal Covid-19 itu menjangkau khalayak Amerika Serikat dan negara Barat, kata pejabat pemerintah AS seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (29/7/2020).
Akan tetapi sumber itu tidak mau menyebutkan nama karena mereka tidak berwenang berbicara di depan umum.
Informasi itu sebelumnya dirahasiakan, tetapi para pejabat mengatakan informasi itu telah dibuka sehingga mereka bisa lebih bebas mendiskusikannya.
Baca Juga
Para pejabat mengatakan mereka melakukannya untuk membunyikan alarm tentang situs web tertentu dan untuk mengungkap tautan yang jelas antara situs dan intelijen Rusia.
Salah satu pejabat mengatakan, di antara akhir Mei dan awal Juli situs web itu menerbitkan sekitar 150 berita tentang respons atas pandemi, termasuk liputan yang ditujukan untuk mengangkat citra Rusia dan merendahkan AS.
Di antara berita utama yang menarik perhatian para pejabat AS adalah yang melaporkan "Bantuan Pencegahan Covid-19 oleh Rusia untuk Amerika Serikat Guna Mengurangi Ketegangan Hubungan".
Berita itu menyebut Rusia telah memberikan bantuan mendesak dan substansial kepada AS untuk memerangi pandemi.
"Beijing Menyatakan Covid-19 adalah Senjata Biologis AS", judul berita lainnya untuk memperkuat pernyataan orang China.
Pengungkapan informasi yang salah itu, termasuk oleh Rusia, merupakan masalah mendesak menuju pemilihan presiden November.
Para pejabat AS berupaya menghindari kejadian tahun 2016, ketika Rusia meluncurkan kampanye media sosial terselubung untuk memecah opini publik Amerika Serikat dan untuk mendukung kandidat Donald Trump saat itu atas lawan Demokratnya, Hillary Clinton.
Kepala eksekutif kontra intelijen pemerintah AS memperingatkan dalam sebuah pernyataan publik yang jarang terjadi tentang kelanjutan penggunaan perusahaan internet Rusia untuk mencapai tujuan mereka.
Bahkan terlepas dari politik, krisis yang menghantam sebagian besar negara di dunia telah menawarkan wilayah subur untuk informasi yang salah.
Trump sendiri dikritik karena berbagi informasi yang salah tentang obat yang tidak terbukti untuk mengobati virus Corona dalam video yang diturunkan oleh Twitter dan Facebook.
Para pejabat menggambarkan disinformasi Rusia sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dan gigih untuk memajukan narasi palsu dan menyebabkan kebingungan.
Akan tetapi, mereka tidak mengatakan apakah upaya di balik situs-situs web ini secara langsung terkait dengan pemilihan presiden pada November, meskipun beberapa liputan tampaknya merendahkan calon presiden Joe Biden.
Rusia memperburuk hubungan ras di Amerika Serikat pada 2016 dan mendorong tuduhan korupsi terhadap tokoh-tokoh politik AS.