Bisnis.com, JAKARTA - Airbus SE gagal mengamankan pesanan pesawat tiga bulan berturut-turut hingga Juni 2020 karena lumpuhnya perjalanan udara global memucul permintaan pesawat jet baru.
Dilansir Bloomberg, Kamis (9/7/2020), menurut pernyataan perusahaan, Airbus mencatatkan nol pesanan pada Juni 2020. Pabrikan mengalami satu pembatalan, menjadikan total pesanan bersih sepanjang tahun berjalan menjadi 298 pesawat.
Penghitungan itu menandai memburuknya krisis pesanan Airbus, yang berjuang mempertahankan bisnis dengan menyetujui penundaan pengiriman. Sementara itu, pengiriman pada bulan lalu berjumlah 36 pesawat.
Airbus pekan lalu mengumumkan rencana untuk memangkas 15.000 pekerjaan setelah menurunkan tingkat produksi hingga sepertiga pada April di tengah pandemi virus Corona.
Sementara itu, perusahaan penerbangan Avolon Holdings Ltd., Selasa mengatakan, pihaknya telah membatalkan komitmen pembelian satu unit A330neo yang jatuh tempo pada 2022. Perusahaan itu juga membatalkan pembelian tiga badan kecil seri A320neo.
Sedangkan Boeing Co. menerima pukulan lebih besar, dengan Avolon membatalkan kontrak pembelian pesawat 27 747 Max di setelah sebelumnya melakukan 75 penarikan pesanan.
Baca Juga
Secara keseluruhan, Boeing juga terpukul lebih keras dengan hilangnya 602 pesanan hingga Mei sebagai imbas penalti yang memungkinkan pembeli membatalkan pesanan tanpa denda. Jet terlaris milik Boeing sebelumnya dilarang dari langit pada Maret 2019 setelah dua tabrakan mematikan.
Serah terima jet baru Airbus telah ditopang oleh adopsi proses yang mendelegasikan beberapa pemeriksaan pra-pengiriman kepada teknisi pabrikan sendiri, mengatasi masalah dengan pembatasan perjalanan.
Analis Agensi Mitra Sash Tusa mengatakan Airbus dapat mengirimkan 603 pesawat tahun ini, dan jatuh ke angka 355 pada 2021 dan 416 pada 2022. Dia memperkirakan, pada gilirannya hal ini dapat memaksa pemotongan lebih lanjut sekitar 30 persen dari produksi.
Sandy Morris, seorang analis di Jefferies memperkirakan, produksi yang lebih cepat dari serapan ke maskapai, menyebabkan persediaan meningkat sekitar 4,5 miliar euro pada kuartal kedua.
"Kami percaya Airbus mencari tingkat produksi yang optimal untuk sekitar 24 bulan ke depan. Persediaan bisa naik lagi di kuartal III/2020, tetapi akan berkurang seiring waktu," kata Morris dalam sebuah catatan.