Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan perjanjian perdagangan fase satu dengan China tidak berubah sama sekali, menyusul pernyataan penasihat perdagangan Peter Navarro soal kesepakatan tersebut.
“Kesepakatan Perdagangan China sepenuhnya utuh. Semoga mereka akan terus memenuhi ketentuan dalam Perjanjian! " ungkap Trump dalam sebuah posting dii Twitter, Senin (22/6/2020).
Sebelumnya, dalam wawancara dengan Fox News pada Senin (22/6/2020) waktu setempat, Navarro mengatakan Presiden Donald Trump telah memutuskan untuk mengakhiri kesepakatan perdagangan dengan China ketika para pejabat intelijen semakin yakin bahwa pandemi virus corona (Covid-19) berasal dari laboratorium di kota Wuhan.
“Sudah berakhir. Titik baliknya adalah mereka [China] datang pada 15 Januari untuk menandatangani perjanjian perdagangan tersebut dan itu adalah dua bulan penuh setelah mereka tahu virusnya sudah muncul,” ungkap Navarro.
Navarro segera mengklarifikasi pernyataannya soal kesepakatan dagang AS-China yang seketika menyulut reaksi pasar.
Menurut Navarro, komentarnya itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kesepakatan perdagangan Fase I yang terus berlangsung hingga kini.
Baca Juga
“Komentar saya diterima di luar konteks. Komentar itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesepakatan perdagangan Fase I, yang terus berlangsung,” ujar Navarro, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (23/6/2020).
Reaksi pasar dan respons Trump yang cepat menunjukkan sensitivitas terhadap perjanjian perdagangan pada saat ekonomi global sedang dihantam oleh virus corona dan dihadapkan dengan meningkatnya kekhawatiran atas hubungan AS-China.
Kedua negara terus saling balas dalam perang dingin soal pandemi virus Corona, Hong Kong, hak asasi manusia, dan teknologi.
Kontrak pada Indeks S&P 500 melemah hingga 1,6 persen sebelum mampu sedikit pulih, sedangkan yuan offshore melemah 0,4 persen setelah beberapa media melaporkan pernyataan tersebut.
Pejabat China bersikeras bahwa mereka bermaksud untuk tetap berpegang teguh pada kesepakatan dan mewujudkan peningkatan impor dari AS dengan total US$200 miliar selama dua tahun.
Tekanan ekonomi yang disebabkan oleh virus Corona membuat AS meragukan target dari China tersebut, namun Washington menawarkan fleksibilitas.
Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan pekan lalu bahwa perjanjian fase satu dapat ditegakkan dan AS sepenuhnya bermaksud terus melaksanakannya.