Bisnis.com, JAKARTA – Ketua ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Soumya Swaminathan optimistis vaksin virus corona penyebab Covid-19 tersedia sebelum akhir tahun 2020.
Pada saat memberi keterangan pers tentang uji coba obat virus corona di Jenewa, Swiss, Kamis (17/6/2020), Soumya menyebut bahwa sejumlah uji klinis menemukan bahwa obat antimalaria hydroxychloroquine (HC) tidak efektif mencegah kematian dari Covid-19, dikutip dari indiatimes.com, Jumat (19/6/2020).
Dia menyebut bahwa saat ini ada 10 kandidat vaksin Covid-19 yang dalam tahap uji coba pada manusia. Sedikitnya, tiga kandidat vaksin menunjukkan efikasi yang menjanjikan.
“Saya berharap. Saya optimistis, tetapi pengembangan vaksin kompleks dan penuh ketidakpastian. Hal baiknya, kami punya sejumah kandidat vaksin dan berbeda platform,” katanya seraya menambahkan bahwa fokus WHO saat ini mempercepat pengembangan kandidat vaksin yang potensial.
“Jika kita beruntung, akan ada satu atau dua calon vaksin yang sukses menjalani uji coba sebelum akhir tahun ini,” katanya.
Soumya juga menjelaskan posisi WHO dalam hal HC untuk pengobatan Covid-19. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut obat antimalaria itu sebagai “game-changer” untuk melawan virus corona.
Baca Juga
Dikatakan, uji klinis terpisah menemukan bahwa hydroxychloroquine gagal dalam uji coba obat untuk menurunkan angka kematian dari infeksi virus mematikan itu.
“Saat ini jelas bahwa hydroxychloroquine tidak mempunyai dampak mengurangi kematian pada pasien Covid-19 yang dirawat,” ujar Soumya.
Meski demikian, dia menambahkan ada perbedaan pendapat soal efikasi HC, apakah bermanfaat mencegah atau mengurangi tingkat keparahan pada awal infeksi. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah penelitian luas dan komplet untuk mendapatkan jawaban yang pasti.
Dia mengatakan keputusan WHO adalah membatasi penggunaan hydroxychloroquine dalam solidaritas global dan panduan untuk penggunaannya dibuat berbeda dan berdasarkan analisis data.
“Sebagai komunitas global, kami ingin jawaban yang jelas. Kami ingin membuat kesimpulan apakah obat ini mengurangi kematian atau tidak, dan jika tidak, apakah obat itu memiliki manfaat lain seperti mengurangi waktu rawat inap pasien atau mengurangi kebutuhan ventilasi,” katanya.
“Sejauh ini penggunaan hydroxychloroquine untuk mencegah Covid-19, apakah sebelum atau sesudah paparan virus corona, belum bisa dipastikan.
“Saat ini ada sejumlah uji coba besar yang dilakukan untuk memastikan hal itu,” tambahnya.
Hydroxychloroquine adalah obat lama dan dikenal sbagai obat antimalaria.
Trump menyebut HC sebagai obat "game-changer” dalam melawan virus corona.
Pada 18 Mei 2020, Trump mengungkapkan bahwa ia menggunakan hydroxychloroquine untuk mencegah infeksi virus corona.
Presiden AS itu menyebut hydroxychloroquine sebagai garis pertahanan melawan virus corona.
Atas permintaan Trump, India mengekspor 50 juta tablet untuk pengobatan pasien Covid-19 di Amerika Serikat.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada hari Senin (15/6/2020), mengatakan bahwa HC mungkin tidak efektif menyembuhkan infeksi virus corona, bahkan memunculkan risiko yang lebih besar dibanding manfaatnya.