Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai meminta bantuan Presiden China Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan ulang.
Hal tersebut dikatakan penasihat Keamanan Nasional John Bolton yang ditulis dalam buku barunya. Bolton mengatakan, Trump ingin China membeli produk pertanian dari para petani AS.
Atas tulisan tersebut, pemerintahan Trump sedang mencoba untuk memblokir buku tersebut. Trump juga menanggapi bahwa Bolton telah melanggar hukum karena memberikan informasi yang sangat rahasia, dan tidak ada persetujuan darinya untuk penerbitan buku tersebut.
"Dia orang yang mudah tersinggung, saya memberikan kesempatan," kata Trump seperti dikutip BBC Kamis (18/6/2020).
John Bolton bergabung dengan Gedung Putih pada April 2018 dan berakhir pada September 2019. Dia telah memutuskan untuk berhenti sebagai penasihat keamanan nasional. Sementara,menurut Trump, dia telah memecat Bolton karena berbeda pendapat dengannya.
Buku setebal 577 halaman milik Bolton, The Room Where It Happened, tersebut akan mulai dijual pada 23 Juni. Kendati pada Rabu (17/6/2020) malam, Departemen Kehakiman meminta perintah darurat dari seorang hakim untuk menghentikan penerbitan buku tersebut.
Baca Juga
Penerbit Simon & Schuster membuat pernyataan bahwa pengajuan untuk menolak penerbitan dari pemerintah adalah sia-sia, atau bermotivasi politik yang sia-sia.
Ratusan ribu salinan buku telah didistribusikan ke seluruh dunia, dan pemerintah tersebut tidak dapat menghasilan apapun.
Penantang Trump dalam pemilihan presiden AS pada November ini, Joe Biden, mengatakan dalam sebuah pernyataan tentang buku itu.
"Jika akun ini benar, itu tidak hanya menjijikkan secara moral, itu merupakan pelanggaran terhadap tugas suci Donald Trump kepada rakyat Amerika."
Apa yang dituduhkan Bolton tentang pertemuan dengan Xi?
Tuduhan merujuk pada pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi pada KTT G20 di Osaka, Jepang, pada Juni tahun lalu.
"Trump, secara menakjubkan, mengalihkan pembicaraan ke pemilihan presiden AS yang akan datang [pada 2020], menyinggung kemampuan ekonomi China dan memohon kepada Xi untuk memastikan dia menang," tulis Bolton.
"Dia menekankan pentingnya petani dan meningkatkan pembelian kedelai dan gandum China dalam hasil pemilu."
Bolton mengatakan penyelidikan pemakzulan terhadap Trump mungkin memiliki hasil yang berbeda, jika telah melampaui Ukraina dan menyelidiki dugaan campur tangan politik lainnya.
Pada Januari, Donald Trump didakwa karena menahan bantuan militer untuk menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar memulai penyeldikan korupsi terhadap Biden dan putranya, Hunter. Namun, Trump membantah kesalahan tersebut dan dibebaskan setelah persidangan di senat yang dikuasai Partai Republik pada Februari.
Pubikasi buku tersebut memuat sejumlah tuduhan yang merusak reputasi Trump, seperti dia dituduh tidak menyadari bahwa Inggris dalah kekuatan nuklir. Penangkal atom Inggris muncul selama pertemuan dengan Theresa May pada 2018, ketika disebutkan salah satu pejabat perdana menteri saat itu.
"Oh, apakah anda seorang tenaga nuklir," kata Trump yang dituliskan dalam buku itu.
Trump juga pernah berkata kepada mantan kepala staf John Kelly apakah Finlandia adalah bagian dari Rusia, dan mengatakan menginvasi Venezuela akan "keren". Menurut buku tersebut negara Amerika Selatan itu benar-benar bagian dari Amerika Serikat.
Tetapi, dia kurang antusias invasi lai, yakni konflik Afghanistan.
"Ini dilakukan oleh orang bodoh bernama George Bush," kata Trump yang ditulis dalam buku tersebut.
Bolton menulis bahwa dalam panggilan telepon Mei 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan "tampilan propaganda gaya Soviet" yang brilian dengan menyamakan pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido dengan calon presiden dari Partai Demokrat 2016 Hillary Clinton, yang sebagian besar membujuk Trump.
Tujuan Putin adalah untuk mempertahankan sekutunya, Presiden Venezuela Nicolás Maduro, tulis Bolton. Pada 2018, Trump menyebut Maduro yang berhaluan kiri sebagai diktator dan menjatuhkan sanksi, tetapi ia tetap berkuasa.
Dalam sebuah wawancara dengan ABC News yang akan disiarkan penuh pada hari Minggu (21/6/2020), Bolton mengatakan tentang Trump: "Saya pikir Putin berpikir dia bisa memainkannya seperti biola."
Bolton menulis bahwa banyak pembantu terdekat presiden secara pribadi meremehkannya.
Ketika dia tiba di Gedung Putih, Bolton berkata bahwa Kelly memperingatkannya, "Anda tidak bisa membayangkan betapa putus asa saya untuk keluar dari sini. Ini adalah tempat yang buruk untuk bekerja, karena Anda akan mengetahuinya."
Selama pertemuan Trump 2018 dengan pemimpin Korea Utara, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo memberi catatan kepada Bolton tentang presiden yang mengatakan "Dia sangat penuh omong kosong."
Dia menulis bahwa Pompeo, yang sering digambarkan sebagai loyalis Trump, adalah di antara para pembantunya yang dianggap mengundurkan diri karena jijik dan frustrasi bekerja untuk presiden.