Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PILPRES AS 2020: Donald Trump vs Joe Biden, Siapa Menang?

Trump juga dikritik oleh mantan Menteri Pertahanan AS James Mattis yang mengatakan arahan untuk mengerahkan tentara menghalau pelaku aksi protes di depan Gedung Putih sebagai tindakan konyol.
Kandidat calon presiden AS Joe Biden (kiri) dan Donald Trump (kanan)./Istimewa
Kandidat calon presiden AS Joe Biden (kiri) dan Donald Trump (kanan)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada 3 November 2020, berbagai dinamika politik dan perkembangan dukungan publik di antara dua kandidat, Donald Trump dan Joe Biden, kian menarik untuk disimak.

Publik tidak hanya menilai kemampuan retorika mereka, juga sikap mereka terhadap berbagai aksi protes berbau rasial yang mewarnai kehidupan warga sejak tiga pekan terakhir.

Hasil survei terbaru pun tidak luput jadi acuan pemilih mementukan nakhoda untuk empat tahun ke depan.

Kalau dilihat dari sisi dinamika politik, memang  Donald Trump lebih banyak menuai kritik baru-baru ini. Apalagi, setelah dirinya memerintahkan militer untuk terjun menangani gelombang aksi protes hampir di seluruh kota.

Aksi bertajuk “Black Live Matters” berawal dari kematian seorang warga kulit hitam George Floyd pada 25 Mei 2020, yang sebelumnya disiksa polisi kulit putih dengan menekuk lehernya pakai lutut. Aksi protes tidak hanya merebak di AS, tapi juga di sejumlah negara termasuk di Eropa dengan tema yang sama, untuk menyuarakan keadilan ras tanpa diskriminasi.

Tidak saja dikritik pihak luar, Trump juga dikritik oleh mantan Menteri Pertahanan AS James Mattis yang mengatakan arahan Trump untuk mengerahkan tentara untuk menghalau pelaku aksi protes di depan Gedung Putih sebagai tindakan konyol. Alasannya, langkah itu bukan akan membawa perdamaian di antara pendemo dan menyatukan negara, namun justru akan memecah-belah negara.

Mantan Kepala Staf Trump John Kelly, seorang pensiunan jenderal, juga turut mengeluarkan komentar tajam. Bukan komentar biasa lantaran hal itu kemungkinan membahayakan kedudukan Trump dalam pemilihan presiden pada November mendatang.

Secara diplomatis Kelly mengatakan agar para pemilih untuk melihat dengan teliti siapa yang dipilih dan mencari tahu tentang karakter dan etika para calon.

Halaman Selanjutnya
Kandidat Kontroversial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper