Kandidat Kontroversial
Bukan Donald Trump namanya kalau tidak membuat kebijakan yang kontroversial dan sering bersifat dadakan selama masa kampanye maupun di masa pemerintahannya. Setidaknya hal itulah yang dipahami publik mendekati hari pemilihan presiden empat setengah bulan lagi.
Tidak saja kemenangannya dari Hillary Clinton pada Pilpres 2016 yang dinilai kontroversial, Trump juga banyak sekali membuat kontroversi selama memerintah empat tahun terakhir.
Dalam pidato langsung di depan publik dia menyebut obat malariapil kina yang dikenal dengan hydrocychloroquine, bisa digunakan untuk menyembuhkan wabah Covid-19 yang telah menewaskan lebih dari 110 jiwa warga negarnya.
Demikian juga dengan sarannya bahwa disinfektan bisa dimasukkan ke tubuh pasien Covid-19 untuk mempercepat penyembuhan wabah mematikan itu. Sontak saja kalangan medis menilai hal itu sebagai sebuah sikap konyol oleh seorang presiden .
Bahkan, melalui gaya komunikasinya lewat akun Twitter, dia juga sering mengeluarkan cuitan yang tidak terduga. Trump pernah menyebut kelompok Antifa yang ikut aksi protes membela George Floyd sebagai kelompok radikal melalui ‘jari saktinya’ di Twitter.
Akan tetapi, terlepas dari segudang kontroversi tersebut, tim kampanye kepresidenan Trump memiliki sumber daya keuangan yang besar. Trump juga memiliki pendukung yang setia, seperti pemilih kelas pekerja kulit putih berpendidikan non-perguruan tinggi di berbagai negara bagian.