Bisnis.com, JAKARTA - Kemunculan kasus-kasus baru di Beijing, China, selama pekan lalu memunculkan kekhawatiran akan merusak upaya pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di negara itu.
Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan, saat ini pemerintah China sedang mengamati perkembangan kasus selama 5 hingga 11 hari ke depan untuk memutuskan apakah perlu dilakukan lockdown.
"Kami tunggu 5 hingga 11 hari ke depan. Penyebarannya sudah terdeteksi sekarang, kalau bisa ya distop," katanya saat berbincang secara live di Instagram @bisniscom, Selasa (16/6/2020).
Djauhari menuturkan, kasus yang terkait dengan sebuah pasar yang terletak 25 km dari pusat kota itu mendorong pemerintah segera menutup tempat itu. Selain itu, semua orang yang mengunjungi pasar tersebut dalam waktu 4 hari ke belakang dites Corona. Hasilnya, puluhan ditemukan positif.
Sebanyak 11 permukiman di sekitar pasar turut diisolasi oleh pemerintah. Sementara itu, kawasan lain di Beijing tetap beraktivitas sebagaimana biasa. Adapun pengelola apartemen-apartemen juga telah mengumpulkan informasi penghuni yang mengunjungi pasar. Jika ditemukan, maka akan langsung dites.
"Bagian lain dari beijing, aktivitas berlangsung normal, semua diimbau untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan, dan lain-lain," ujarnya.
Baca Juga
Dia juga menjelaskan, sejak awal wabah merebak hingga lockdown dilonggarkan pada 7 April, warga setempat sudah menunjukkan kedisiplinan berprotokol kesehatan. Selain hukuman dari otoritas setempat, berlaku pula sanksi sosial.
Misalnya, kata Djauhari, penghuni apartemen yang akan keluar dari lingkungan harus melapor saat pergi dan kapan akan kembali. Jika hal itu tak dilakukan, maka warga tak diperbolehkan masuk ke unit apartemennya.
"Dimarahi satu kompleks apartemen kan tidak enak, maka akhirnya semua sadar untuk berdisiplin," ujarnya.