Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perundingan Brexit: Inggris dan Uni Eropa Melunak

Setelah tiga bulan pembicaraan perdagangan berakhir dengan jalan buntu, kedua belah pihak sepakat untuk merundingkan Brexit pada pertemuan virtual.
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson ketika memberikan keterangan di luar kantornya di 10 Downing Street di London, Inggris, Senin (27/4/2020)./Bloomberg-Simon Dawson
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson ketika memberikan keterangan di luar kantornya di 10 Downing Street di London, Inggris, Senin (27/4/2020)./Bloomberg-Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Kebuntuan dalam perundingan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa akhirnya mulai menemukan titik terang.

Pertemuan virtual yang dilakukan pada Senin, 15 Juni 2020, mengisyaratkan Perdana Menteri Boris Johnson bersedia untuk berkompromi dan melunakkan posisinya. Senada, pejabat Eropa menyatakan kesiapan untuk melakukan hal yang sama.

Setelah tiga bulan pembicaraan perdagangan berakhir dengan jalan buntu, kedua belah pihak sepakat untuk merundingkan Brexit pada pertemuan virtual tersebut yang fokusnya membahas kemungkinan pencapaian kesepakatan sebelum tenggat masa transisi pada akhir tahun ini.

"Apa yang perlu kita lihat sekarang adalah sedikit keuletan dalam negosiasi. Semakin cepat kita bisa melakukan ini, maka akan semakin baik. Saya tak punya alasan mengapa tak bisa disepakati pada Juli mendatang," kata Johnson setelah pertemuan virtual itu, dilansir Bloomberg, Selasa (16/6/2020).

Pertemuan Johnson dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel dan pejabat lainnya itu, berlangsung setelah dia secara resmi menyatakan sikap tidak ingin memperpanjang periode negosiasi setelah akhir tahun.

Kegagalan untuk menutup kesepakatan pada akhir tahun ini akan membuat Inggris dan UE berdagang dengan persyaratan Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO, yang berarti tarif dan kuota akan dikenakan pada saat ekonomi kawasan masih terhuyung-huyung dari virus Corona.

Intervensi langsung pertama Johnson dalam diskusi sejak Inggris meninggalkan blok pada akhir Januari itu, menandai dimulainya enam minggu diskusi intensif untuk mencapai kesepakatan.

Namun demikian, Michel memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan tergesa-gesa menandatangani perjanjian. Dalam sebuah pernyataan di Twitter, dia menegaskan kembali bahwa perdebatan tentang tingkat persaingan yang kompetitif antara kedua belah pihak akan penting untuk kesepakatan apa pun.

Kedua belah pihak juga berkomitmen untuk menemukan pemahaman awal tentang prinsip-prinsip yang mendasari perjanjian apa pun yang menyiratkan bahwa garis besar kesepakatan dapat dicapai sebelum disempurnakan.

Adapun, Inggris pekan lalu menyetujui jadwal yang mencakup putaran negosiasi pada pertengahan Agustus. Sedangkan Johnson tak menginginkan perundingan berlangsung sampai musim gugur atau musim dingin.

Secara pribadi, para pejabat dari Brussels dan London mengatakan akan fokus untuk mencapai kesepakatan pada pertengahan Agustus dan pertemuan puncak para pemimpin UE yang dijadwalkan pertengahan Oktober.

Johnson mengatakan kepada para pejabat Uni Eropa bahwa Inggris berkomitmen terhadap ketentuan-ketentuan Deklarasi Politik Brexit, yang menetapkan parameter luas untuk hubungan kedua pihak di masa depan.

Deklarasi tersebut mencakup beberapa tuntutan utama Uni Eropa, tetapi pemerintah Inggris telah mempertanyakannya dengan mengatakan hal itu tidak mengikat secara hukum. Sebelumnya, kepala negosiator blok itu, Michel Barnier, menuduh Johnson mundur dari komitmen.

Sejak negosiasi dimulai, kedua pihak telah berjuang untuk membuat kemajuan dalam perjanjian perdagangan bebas dan aspek-aspek lain dari hubungan masa depan mereka, seperti hak penangkapan ikan dan kerja sama keamanan.

Inggris masih menolak seruan Uni Eropa soal persaingan yang setara atau disebut the same playing field, yang akan mengikat Inggris dengan beberapa aturan Eropa di bidang-bidang seperti bantuan negara dan hukum lingkungan. Perbedaan itu mungkin tidak dapat disepakati dalam perundingan, menurut seorang pejabat.

Secara khusus, Inggris berpegang teguh pada penolakannya untuk mengizinkan Mahkamah Eropa untuk terlibat dalam menyelesaikan setiap perselisihan antara kedua belah pihak. Hal itu merupakan permintaan utama Uni Eropa.

Diskusi formal akan dilanjutkan pada 29 Juni 2020, dalam format yang lebih terkonsentrasi daripada serangkaian pembicaraan sebelumnya setiap tiga minggu. Pemerintah Inggris, yang enggan memperpanjang batas waktu untuk negosiasi, telah mendorong agar diskusi dipercepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper