Bisnis.com, JAKARTA – Italia menjadi salah satu negara di Eropa yang memiliki jumlah kasus virus corona baru atau Covid-19 yang sangat tinggi. Tak ayal, negara tersebut sudah menyiapkan sejumlah upaya penanganan pandemi, termasuk memesan jutaan dosis vaksin virus.
Bersama dengan Jerman, Prancis, dan Belanda, Italia telah menandatangani perjanjian dengan raksasa farmasi AstraZeneca untuk menjamin pasokan ratusan juga dosis vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh University of Oxford.
Vaksin dari Oxford adalah satu satu dari beberapa vaksin yang saat ini sedang dikembangkan di seluruh dunia, ketika para ilmuwan berlomba-lomba untuk mendapatkan obat manjur guna menghentikan pandemi virus ini.
Vaksin itu secara resmi disebut sebagai ChAdOx1 nCoV-19 atau AZD1222, yang bekerja dengan menargetkan struktur runcing pada permukaan virus corona yang disebut protein spike (protein S), yang digunakan untuk menempel pada sel manusia dan menyebabkan infeksi.
Bahan genetik dari protein S virus baru ditempatkan dalam versi yang lebih lemah dari virus flu biasa dari simpanse yang telah dimodifikasi. Nantinya infeksi hanya menyalin protein S bukan virus, sehingga dapat mencegahnya bereplikasi pada manusia.
Idenya adalah bahwa tubuh akan mendeteksi protein S dan mengembangkan respon imun dan mengajarkan sistem kekebalan untuk menyerang protein S di masa depan. Jika virus baru memasuki tubuh orang yang divaksinasi, diharapkan sistem kekebalan tubuh akan menargetkan hal tersebut.
Vaksin dari Oxford ini telah diuji pada hewan dan sejumlah kecil manusia dengan hasil yang menjanjikan. Pihak berwenang Inggris juga telah menyetujui tahapan berikutnya untuk uji klinis pada 10.000 sukarelawan.
Studi tersebut saat ini masih berlangsung dan hasilnya diperkirakan bakal keluar antara dua hingga enam bulan mendatang. Uji coba juga rencananya bakal dilakukan di negara lain di luar Inggris dalam waktu dekat.
Pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19) dengan menyemprotkan cairan disinfekstan./ilustrasi
Jika uji coba menunjukkan vaksin yang efektif, regulator dari negara-negara lain termasuk Italia masih perlu meneken persetujuan sebelum produk tersebut dapat ditawarkan secara luas kepada publik.
European Medicine Agency (EMA) mengatakan akan mempercepat proses persetujuan untuk vaksin yang sukses sesegera mungkin. Dalam skenario optimistis, hal tersebut bisa terjadi paling tidak pada awal tahun depan.
Dilansir dari The Local Italia, Selasa (16/6) Menteri Kesehatan Roberto Speranza talah berjanji bahwa dosis pertama vaksin akan didistribusikan lebih cepat dari perkiraan EMA. Perjanjian dengan AstraZeneca diharapkan bisa menghasilkan vaksin yang siap digunakan pada akhir tahun ini.
Sementara garis waktu soal vaksin masih belum bisa dipastikan oleh para pengembang, Italia berharap mendapat manfaat dari kenyataan bahwa perusahaan di negara itu juga terlibat dalam proses pengembangan vaksin.
Advent, perusahaan khusus yang berbasis di Pomezia, telah memproduksi sekitar 13.000 dosis vaksin untuk digunakan dalam uji klinis. Menteri Kesehatan, perusahaan lainnya yang terlibat yakni Anagni juga turut serta memasukkan vaksin ke dalam botol.
Walter Ricciardi, penasihat ilmiah untuk Menteri Kesehatan Italia mengatakan bahwa begitu vaksin tersedia, prioritas penggunaannya bakal diberikan kepada kelompok yang berisiko tinggi.
Kelompok pertama yang ditawari mencakup petugas kesehatan, orang tua, dan orang dengan kondisi yang membuat mereka rentan. Diikuti oleh kelompok militer dan polisi yang juga menjadi garda terdepan penanganan pandemi.
Selanjutnya, vaksinasi akan secara bertahap dilakukan dan diperluas ke seluruh italia melalui layanan kesehatan, dokter, dan pusat vaksinasi. Hal ini harus dilakukan dengan teratur hingga mencakup seluruh masyarakat Italia.
Menteri Kesehatan Italia juga bakal memastikan bahwa vaksinasi terhadap Covid-19 di negaranya dilakukan gratis. Pemerintah yang bakal mengeluarkan biaya untuk membayar vaksin tersebut.
“Vaksin adalah satu-satunya solusi definitif untuk Covid-19. Sejauh yang saya ketahui, vaksinasi akan selalu menjadi aset publik global, hak untuk semua orang, bukan hak istimewa beberapa orang saja,” katanya.