Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar obligasi di India dibayangi oleh ketidakpastian, meski penjualan surat utang pemerintah tercatat cukup tinggi.
Menurut perhitungan Bloomberg, imbal hasil obligasi 10 tahun mengalami penurunan pergerakan rata-rata harian menjadi 2 basis poin pada Juni, terendah sejak 2016.
Sementara itu, volume transaksi turun sekitar 30 persen menjadi 279,5 miliar rupee (US$3,7 miliar) pada bulan ini dibandingkan dengan Mei 2020.
Pergerakan dalam surat berharga tersebut meruncing setelah bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI) mengurangi pembelian obligasinya di pasar sekunder, faktor kunci yang mendukung pasar sejak Mei.
Di sisi lain, pemerintah telah mempercepat penjualan obligasi dan tumbuh ekspektasi bahwa RBI akan membeli sekitar separuh dari pasokan obligasi tahun fiskal ini dengan nilai rekor 12 triliun rupee.
“Harapan untuk pembelian oleh RBI di masa depan tidak memungkinkan aksi jual besar-besaran dalam obligasi, sementara besarnya pasokan tidak menyebabkan kenaikan yang besar,” tutur seorang trader di AU Small Finance Bank, Debendra Dash, dikutip dari Bloomberg.
Baca Juga
Bank of America Securities memperkirakan RBI akan melakukan pembelian obligasi senilai US$88,5 miliar di pasar sekunder, sementara beberapa ekonom lain mengatakan RBI dapat membeli surat utang pemerintah secara langsung.
Sejauh ini, otoritas kebijakan moneter Negeri Hindustan tersebut telah membeli obligasi senilai 1,2 triliun rupee dan menegaskan komitmen dukungannya.
Volume transaksi dalam obligasi telah turun sejak Maret setelah penerapan lockdown di ibu kota keuangan Mumbai memaksa banyak pedagang untuk bekerja dari rumah sekaligus menghambat kemampuan mereka untuk mengambil posisi.
Selama langkah yang diambil untuk menahan persebaran penyakit virus Corona (Covid-19) itu, RBI memperpendek jam perdagangan pasar obligasi menjadi empat jam sehari.
“Obligasi kemungkinan akan tetap dalam keadaan tak pasti sampai kita melihat tanda-tanda yang jelas dari intervensi RBI yang taktis atau pemerintah semakin memperluas defisit fiskal dan meningkatkan pasokan obligasi,” ujar Head of fixed income di Quantum Advisors, Arvind Chari.