Bisnis.com, JAKARTA - Pembukaan objek wisata pada new era diingatkan tetap menghormati protokol atau pranata masyarakat adat, karena mereka melihat Covid-19 secara maknawi dan normatif, bukan sekadar masalah kesehatan.
Pandemi Covid-19 saat menjadi peristiwa traumatik bagi masyarakat adat, hal tersebut diungkapkan langsung oleh Sjamsul HadiD, irektur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dan Masyarakat Adat Kementerian Agama, dalam diskusi daring Budayasaya pada Kamis (11/6/2020).
“Dalam perjalanan kehidupan masyarakat adat pasti selalu terekam peristiwa yang terjadi di wilayahnya, terutama peristiwa-peristiwa traumatik, baik yang bersifat alamiah maupun manusiawi, berasal dari internal maupun eksternal, yang berdampak pada korban jiwa,” jelas Sjamsul.
Menghadapi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, respon masyarakat adat tidak sepenuhnya bersifat medis. Justru yang menonjol antara masyarakat adat dengan adanya pandemi ini adalah respon yang bersifat maknawi dan normatif.
“Di sepanjang sejarah, sampai saat ini masyarakat adat tetap setia menjaga lingkungan budaya, pranata sosialnya ke dalam sebuah ekosistem kehidupan yang adati dan secara berkelanjutan” ujar Sjamsul.
Sjamsul menambahkan jika harapannya saat ini adalah sebagai sumbangsih masyarakat adat terhadap publik, khususnya bagaimana masyarakat adat melanjutkan tatanan kehidupan barunya.
“Apalagi saat ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Dinas Pariwisata Provinsi Kabupaten Kota telah mulai membuka kembali kunjungan ke destinasi pariwisata di wiliyahnya. Hal ini perlu menjadi perhatian untuk masyarakat adat”
Melihat hal tersebut, Sjamsul menjelaskan jika harus ada komunikasi dengan kepala daerah masing-masing, sehingga kehadiran wisatan yang hadir untuk melihat masyarakat adat bisa mendapatkan perhatian bersama.
Di masa pandemi Covid-19 pemangku adat dituntut untuk melaksanan kewajiban menjaga, melindungi, setiap warganya.
“Sebagai tatanan adat mereka, diharapkan dalam aktivitas komunal terbangun kesadaran yang mendasari prinsip kebersamaaj, saling membantu, saling menghidupi dan bagaimana memutus dampak Covid-19,” kata Sjamsul.