Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hong Kong 'Mengenang Juni', Polisi Tangkap 25 Demonstran

Ratusan demonstran berkumpul di distrik pusat bisnis Hong Kong. Mereka menentang peringatan polisi dan merayakan satu tahun protes RUU ekstradisi ke China.
Pengunjuk rasa membawa spanduk dalam aksi damai besar-besaran meminta pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam untuk mundur dan menghapus RUU Ekstradisi di Hong Kong, China, Minggu (16/6/2019)./Reuters-Athit Perawongmetha
Pengunjuk rasa membawa spanduk dalam aksi damai besar-besaran meminta pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam untuk mundur dan menghapus RUU Ekstradisi di Hong Kong, China, Minggu (16/6/2019)./Reuters-Athit Perawongmetha

Bisnis.com, JAKARTA – Ratusan demonstran berkumpul di distrik pusat bisnis Hong Kong. Mereka menentang peringatan polisi soal tindakan melawan hukum dan merayakan satu tahun protes RUU ekstradisi ke China.

Kerumunan masyarakat turun ke jalanan pada Selasa (9/6/2020) malam waktu setempat. Puluhan polisi dengan pakaian anti huru hara pun turun tangan dan membubarkan pengunjuk rasa.

Menurut informasi pihak kepolisian kota ini melalui akun Twitter, mereka menangkap sedikitnya 25 orang karena aksi yang tidak berizin. Petugas juga menembakkan semprotan lada, seperti dilaporkan South China Morning Post (SCMP).

Sementara itu, pemerintah Hong Kong memperingatkan bahwa para pengunjuk rasa mungkin akan dinyatakan bersalah karena ambil bagian dalam “perkumpulan yang tidak sah” serta melanggar aturan yang dirancang untuk mencegah dan mengendalikan Covid-19.

Hong Kong diketahui telah memberlakukan batasan jarak sosial (social distancing) demi membendung persebaran pandemi virus corona jenis baru yang menyebabkan penyakit mematikan itu.

Sebelumnya, pada hari yang sama, ratusan orang berkumpul di mal-mal kota saat jam makan siang, sembari meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan membentangkan spanduk.

Aksi massa menentang RUU ekstradisi ke China dimulai pada 9 Juni 2019 dan berlanjut hingga berbulan-bulan lamanya. Gerakan pro-demokrasi ini membawa bekas jajahan Inggris itu ke dalam salah satu krisis terbesarnya.

Demonstrasi yang diawali dengan damai berubah menjadi kerusuhan ketika pemerintah setempat terkesan mengabaikan tuntutan pengunjuk rasa. Pihak kepolisian sampai dikerahkan dengan berbagai persenjataannya. Korban jiwa pun berjatuhan terutama dari kalangan pelajar.

Meski RUU kontroversial tersebut telah ditarik, massa kembali menggelora dalam beberapa pekan terakhir di tengah upaya China untuk memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional yang menimbulkan kekhawatiran tentang otonomi pusat keuangan ini di masa depan.

Front Hak Asasi Manusia Sipil, penyelenggara sejumlah protes terbesar tahun lalu, mengunggah seruan kepada para penduduk Hong Kong untuk "mengenang Juni".

“Mengenang Juni adalah untuk mengingat sejarah protes Hong Kong, sejarah darah dan air mata. Kami menyerukan kepada semua warga Hongkong untuk menjaga kenangan kita, menentang hukum yang jahat, juga untuk berjuang keras demi Hong Kong dan masa depan kita,” demikian dituliskan oleh kelompok itu di Facebook, seperti dikutip dari Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg, South China Morning Post
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper