Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat pola bisnis perbankan berubah. Praktik pembatasan sosial membuat orang-orang lebih nyaman mengakses layanan melalui saluran elektronik (e-channel), sehingga menyebabkan percepatan digitalisasi di sektor perbankan.
Namun di sisi lain, percepatan digitalisasi perbankan akibat pandemi Covid-19 dapat menjadi katalisator babak baru penutupan kantor cabang.
Penelitian terbaru oleh Virgin Money, perusahaan finansial yang beroperasi di Inggris, Afrika Selatan, dan Australia, mengungkapkan bahwa lebih banyak nasabah yang mengunduh aplikasi mobile banking untuk melakukan serangkaian transaksi.
Virgin Money dan Bank of Scotland misalnya, saat ini masih menunda penutupan kantor cabang. Namun, setelah ekonomi kembali normal, diproyeksikan penerapan digitalisasi perbankan akan semakin meluas.
Adapun, tingkat adopsi digital, yang tercermin dari jumlah akun baru, pada bulan April menunjukkan peningkatan bulanan terbesar yang pernah ada dan rata-rata log-in aplikasi harian meningkat hampir 10 persen.
"Setelah mengenal dan melihat manfaatnya, banyak yang berniat untuk terus menggunakannya di masa depan," kata Head of Personal Distribution Virgin Money Paul Titterton, dilansir melalui magazine.dailybusinessgroup.co.uk, Senin (8/6/2020).
Baca Juga
Tidak hanya di Inggris, tren ini terjadi di seluruh dunia. Wall Street Journal melaporkan bahwa nasabah di Amerika Serikat (AS) semakin jarang mengunjungi kantor cabang bank selama pandemi Covid-19 dan mencapai kesimpulan yang sama bahwa hal itu dapat mempercepat rencana beberapa bank untuk menutup kantor cabang.
Trafik transaksi di kantor cabang bank di AS menurun lebih dari 30 persen pada bulan April dan tiga minggu pertama bulan Mei dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut Novantas, sebuah perusahaan riset jasa keuangan.
Novantas menyatakan transaksi teller turun 32 persen pada bulan Maret dan April dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Para kritikus mengatakan perubahan ini tidak hanya didorong oleh permintaan pelanggan tetapi oleh bank sendiri yang membuat akses ke cabang menjadi lebih sulit.
Sistem teknologi informasi yang semakin baik dan dibantu oleh perkembangan teknologi finasial (tekfin), diyakini perubahan ini akan semakin cepat.
Pandemi Covid-29 pun memaksa kedua belah pihak, nasabah dan perbankan, untuk beralih ke transaksi daring.
Seperti dicatat oleh situs web Finextra, mereka yang pernah menolak perbankan online telah dipaksa untuk mengadopsi aplikasi perbankan digital sebagai standar yang baru.
Semakin banyak nasabah yang semakin nyaman menikmati layanan perbankan secara digital, maka akan semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali ke kantor cabang fisik.
Sementara itu, dilansir Bloomberg, selama dua bulan terakhir banyak masyarakat AS mengakses website dan aplikasi untuk mengatur keuangan mereka di tengah penyebaran virus corona yang membatasi kunjungan ke kantor cabang.
Nasabah perbankan online JPMorgan Chase & Co. juga disebutkan mencatatkan peningkatan penggunaannya, sementara nasabah Bank of America yang berusia lanjut mulai mencari tahu fasilitas digital perusahaan.
Virus corona telah mendorong digital banking, yang diikuti dengan penurunan penggunaan kertas, peningkatan penggunaan transaksi elektronik, dan lebih sedikit transaksi langsung.
Layanan online juga memiliki potensi merangkul lebih banyak nasabah serta memangkas biaya kantor cabang dan pegawai.
Pada April 2020, 23 persen dari new login aplikasi online dan mobile banking Bank of Amerika merupakan para nasabah senior kata CEO Bank of America Brian Moynihan.