Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno adalah salah satu tokoh fenomenal bangsa. Selain seorang proklamator bangsa, yang berduet dengan Bung Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan RI, Bung Karno juga pandai membuat beragam retorika.
Dengan retorika yang bermakna dalam, Bung Karno bisa menjelaskan bahwa bantal dan guling bukan sekadar perlengkapan tidur.
"Manusia Indonesia hidup dengan getaran perasaan. Kamilah satu-satunja bangsa di dunia yang mempunjai
sejenis bantal yang dipergunakan sekadar untuk dirangkul. Di setiap tempat-tidur orang Indonesia terdapat
sebuah bantal sebagai kalang hulu dan sebuah lagi bantal kecil berbentuk bulat-panjang jang dinamai
guling," demikian paparan Bung Karno dikutip dari Buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Guling, kata Bung Karno, digunakan untuk dirangkul sepanjang malam, dan semua itu tak lepas dari sifat manusia Indonesia yang dipenuhi getaran perasaan dalam hidupnya.
Terkait getaran perasaan, Bung Karno menyebutkan, dirinya dapat merasakan sekalipun tak diucapkan, jika ada pihak yang tidak senang.
"Sekalipun rasa tidak senang itu tidak diucapkan, aku juga dapat merasakannja. Dalam kedua hal itu aku bereaksi menurut instink," ujarnya.
Hal itu disampaikan Bung Karno tentang orang-orang yang tidak semua setuju dengan dirinya.
"Tidak setiap orang setuju dengan gambaran Sukarno tentang diri Sukarno. Tidak semua orang menyadari, bahwa jalan untuk mendekatiku adalah semata-mata melalui hati jang ikhlas. Tidak semua
orang menyadari, bahwa aku ini tak ubahnja seperti anak kecil. Berilah aku sebuah pisang dengan sedikit
simpati jang keluar dari lubuk-hatimu, tentu aku akan mencintaimu untuk selama-lamanya," ujar Bung Karno menggambarkan dirinya, seperti ditulis Cindy Adams dalam Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Biography as Told to Cindy Adams.
Bung Karno menyatakan bahwa dirinya bisa lembut juga bisa sebaliknya.
"Dengan satu perkataan yang lembut, aku akan melebur. Aku bisa keras seperti baja, tapi aku pun bisa sangat lunak," ujarnya.
Bung Karno menambahkan bagaimana seorang diplomat Inggris gagal mendekati dirinya.
"Seorang diplomat tinggi Inggris masih belum menyadari, bahwa kunci menudju Sukarno akan berputar
dengan mudah, kalau ia diminyaki dengan perasaan kasih sayang," ujar Bung Karno.
Dia pun menyebutkan bagaimana dalam sebuah suratnya yang ditujukan ke Downing Street 10 diplomat itu menulis, "Presiden Sukarno tidak dapat dikendalikan, tidak dapat diramalkan dan tidak dapat dikuasai. Dia seperti tikus jang terdesak."