Bisnis.com, JAKARTA – Mantan menteri pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis bersuara lantang mengecam aksi Presiden Donald Trump.
Mattis mengkritik retorika dan strategi agresif yang dilancarkan Trump untuk memadamkan ledakan aksi protes pascakematian seorang pria kulit hitam bernama George Floyd di tangan pihak kepolisian pekan lalu.
“Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba menyatukan rakyat Amerika - bahkan tidak berpura-pura mencoba. Alih-alih, dia mencoba memecah belah kita,” tegas Mattis, dalam suatu pernyataan bernada pedas pada Rabu (3/6/2020) malam waktu setempat.
Mattis juga tak segan mengkritik kepemimpinan mantan bosnya itu. “Kita menyaksikan konsekuensi dari tiga tahun upaya yang disengaja ini. Kita menyaksikan konsekuensi tiga tahun tanpa kepemimpinan yang matang. Kita bisa bersatu tanpa dia, dengan memanfaatkan kekuatan yang melekat dalam masyarakat sipil kita,” tulisnya.
Pernyataan keras dan belum pernah terdengar sebelumnya dari tokoh militer terkemuka itu pastinya akan meningkatkan tekanan untuk Trump. Pekan ini, Presiden ke-45 AS tersebut mengancam akan mengirim pasukan aktif untuk meredam protes masyarakat.
Trump kemudian menerima kecaman luas karena secara paksa mengusir para pengunjuk rasa yang beraksi damai dari alun-alun di depan Gedung Putih sehingga dia bisa berdiri di depan sebuah gereja bersejarah sambil memegang sebuah Alkitab untuk diambil foto oleh fotografer.
Baca Juga
Mattis mengundurkan diri 18 bulan lalu setelah Trump dengan tiba-tiba mengumumkan di akun Twitter bahwa ia ingin menarik pasukan AS dari Suriah. Purnawirawan jenderal ini diketahui merupakan anggota yang sangat berpengaruh dalam kabinet keamanan nasional pertama Trump.
Pernyataan Mattis, yang pertama kali diterbitkan di majalah The Atlantic, muncul ketika lembaga pertahanan AS tengah mengalami saat yang sulit.
Menteri Pertahanan saat ini, Mark Esper, membuat marah para pejabat Gedung Putih dengan menjauhkan diri dari potensi penggunaan UU Insureksi 1807 oleh Trump untuk mengerahkan pasukan ke kota-kota yang dilanda protes atas kematian George Floyd di Minneapolis.
Saat pernyataan Mattis dipublikasikan, Trump telah mengelurkan ancaman terbarunya untuk mengirimkan pasukan militer guna meredam aksi protes. Dia menyebut protes yang berkelanjutan di New York sebagai 'bencana'.
“Jika mereka [otoritas setempat] tidak segera menanganinya, sata akan membereskannya,” tutur Trump dalam suatu wawancara dengan Newsmax, seperti dikutip dari Bloomberg.