Bisnis.com, JAKARTA - Video killed the radio star, pictures came and broke your heart. Begitu lirik lagu The Buggles berjudul Video Killed the Radio Star.
Disrupsi pasti terjadi, begitu juga yang terjadi di industri radio nasional. Inovasi dan adaptasi menjadi tuntutan. Senada dengan industri radio, upaya beradaptasi dengan perkembangan teknologi juga dilakukan oleh radio komunitas.
Di tengah pagebluk virus corona (Covid-19), ternyata radio komunitas tetap memainkan peran sentral bagi pendengarnya. Hadirnya sosial media, platform portal berita online, tidak menyurutkan eksistensi radio komunitas.
Ketua Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) Sinam M. Sutarno mengatakan pandemi Covid-19 merupakan bencana tanpa mitigasi. Untuk itu penting bagi radio komunitas (rakom) memberikan informasi tentang virus corona serta bagaimana menjelaskan upaya pencegahannya.
“Dengan hadirnya media sosial, dan arus informasi yang ada, akhirnya memudahkan kami menjelaskan ke masyarakat [pendengar],” tuturnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Saat ini, anggota JRKI lebih dari 450 radio komunitas yang tersebar di 22 provinsi. Terakhir anggota JKRI yang masuk berasal dari Kirom – Papua.
Baca Juga
Ketua JRKI dua periode ini, juga mengatakan peran penting rakom menterjemahkan program pemerintah terkait Covid-19.
Menurutnya banyak informasi pemerintah pusat yang perlu diterjemahkan agar dapat relevan untuk kepentingan pendengar rakom. Apalagi, kebanyakan rakom berkembang dipedesaan.
“Gini, gerakan di rumah saja [work from home] tidak begitu relevan [bagi masyarakat desa/petani]. Karena mereka di ladang juga sudah berjarak ataupun malah sendirian. Jadi meskipun ada corona, mereka tetap ke ladang,” ungkapnya.
Selain itu, dengan informasi yang disiarkan lewat rakom, masyarakat desa paham untuk membatasi aktivitas sosial, seperti silaturahmi, hajatan kampung, dan lainnya.
Dia menambahkan, eksistensi radio dalam situasi pandemi corona, juga ditentukan sinergitas pengurus dengan gugus tugas di pemerintah daerah.
"Sekarang kan kalau ngomong pandemi, selain bahayanya, tapi bagaimana upaya tanggapnya. Kebijakan ini mudah ditetapkan di Jakarta, tapi implementasi di lapangan banyak kendalanya,"
Dia mencontohkan perbedaan data bansos dengan implementasi di lapangan. Masalah ini, lanjutnya, dapat diselesaikan dengan keberadaan rakom. Untuk itu, pengurus rakom juga membuka diri untuk instansi pemerintah daerah melakukan penyuluhan ataupun siaran bersama.
Teknologi Memperkuat Rakom
Sinam menjelaskan, perkembangan media sosial tidak lantas mematikan rakom. Bahkan, lanjut Sinam, pengurus rakom, malah menggunakan media sosial untuk memperkuat siaran.
Perkembangan teknologi tidak menjadi penghalang eksistensi radio komunitas. JRKI menganggap rakom dianggap medium berkumpul bagi komunitas sepanjang niatnya untuk bersiaran. Misalnya saja, fitur kolom komentar Facebook dapat digunakan untuk request lagu.
“Jadi bagi kami, radio tidak mencantol dengan teknologinya. Silahkan saja dipilih mana yang paling enak digunakan,” tambahnya.
Sinam pun menceritakan teknologi malah membantu siaran rakom. Saat itu, pihaknya melakukan siaran untuk membantu bencana erupsi Gunung Sinabung.
“Misalnya sewaktu bencana Sinabung beberapa tahun lalu, kami menggunakan siaran model FM dan streaming. FM untuk pendengar sekitar Sinabung, sementara streaming diperlukan bagi para pendengar yang ingin memberikan bantuan dan mengentahui perkembangan Sinabung,” ujarnya.