Bisnis.com, JAKARTA - Kedutaan Besar China di Indonesia mengakui pekerja dari negaranya di Indonesia digaji jauh lebih mahal daripada pekerja lokal.
Minister Counselor Kedutaan Besar China di Indonesia Wang Liping mengatakan pekerja lokal bisa hanya menerima gaji 10 persen dari upah yang diterima tenaga kerja asing asal Negeri Tirai Bambu.
Namun, dia menjelaskan bahwa TKA asal China kebanyakan menduduki jabatan manajerial selain tenaga ahli dan terampil. Hal itu karena Indonesia dinilai belum mampu menyediakan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan perusahaan terkait.
Dengan demikian, meski biayanya tinggi investor China memutuskan mengambil tenaga terampil dari negerinya.
"Seorang pekerja terampil China pada umumnya dibayar US$30.000 per tahun ditambah biaya penerbangan internasional dan akomodasi yang wajib ditanggung oleh perusahaan. Sementara itu, seorang pekerja lokal Indonesia dibayar 10 persen dari total biaya pekerja China," katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/6/2020).
Dia melanjutkan, TKA asal China tersebar di berbagai industri dan terkonsentrasi antara lain di Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa Barat.
Baca Juga
Selain itu, meski dibayar mahal, tetapi proporsi TKA dibandingkan dengan pekerja lokal tetap lebih kecil. Contohnya, di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) proporsinya 1 banding 10, sedangkan JD.id 1 banding 70, dan di Julong Group 1 banding 150.
Wang melanjutkan meski perusahaan-perusahaan mempekerjakan tenaga terampil dari China, tetapi kini sedang digodok rencana untuk meningkatkan tenaga kerja lokal, sekaligus demi menekan biaya. Sebagai contoh, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan secara bertahap menggunakan tenaga lokal.
Selain itu, Huawei Technologies sedang melakukan pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) pekerja lokal.
"Hingga kini pekerja Indonesia yang menerima pelatihan tersebut telah melebihi 7.000 orang," ujarnya.