Bisnis.com, JAKARTA - Singapore Telecommunications Ltd. memangkas pembayaran dividen setelah laba merosot ke level terendah sejak 1993.
Operator telekomunikasi tersebut membukukan biaya yang terkait dengan investasinya di perusahaan yang berbasis di India dan mengatakan pandemi virus Corona memengaruhi pendapatan layanan seluler. Saham Singtel jatuh pada perdagangan Kamis.
Dikutip dari Bloomberg, laba bersih Singtel anjlok anjlok 65 persen ke level S$1,08 miliar (US$761 juta) pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2020. Raihan tersebut lebih rendah dibandingkan konsensus analis sebesar US$1,28 miliar.
Singtel akan membayar dividen sebesar 12,25 sen Singapura per saham untuk tahun ini, lebih rendah dibandingkan dengan prospek perusahaan sebelumnya sebesar 17,5 sen Singapura per saham.
Singtel, yang mendapatkan lebih dari setengah pendapatannya di luar Singapura, telah menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar luar negeri karena perusahaan berinvestasi di sejumlah operator termasuk Bharti Airtel di India dan Optus yang berbasis di Australia.
Operator pada hari Kamis mengatakan bahwa pihaknya mengeluarkan S$302 juta untuk biaya spektrum Bharti Airtel. Operator yang berbasis di India ini harus membayar biaya gelombang udara dan biaya lisensi setelah kalah di pengadilan.
Baca Juga
"Hasil regulasi yang merugikan di India dan timbulnya Covid-19 pada kuartal keempat menjadikan tahun fiskal yang menantang,” ungkap chief executive officer Singtel Chua Sock Koong, seperti dikutip Bloomberg.
“Dividen yang lebih rendah adalah kejutan negatif," tulis Arthur Pineda dan Hussaini Saifee, analis di Citigroup Global Markets Inc..
Chief financial officer Singtel Lim Cheng Cheng mengatakan kepada wartawan, Kamis (28/5), bahwa perusahaan telah menyewa penasihat untuk rencana penjualan aset menara di Australia.