Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petinggi Inggris dan Uni Eropa Konflik, Nasib Brexit Kian di Ujung Tanduk

Pandemi Covid-19 berkali-kali membuat negosiasi Brexit antara Inggris dan Uni Eropa tersendat. Kini, setelah sebulan kondisi cenderung stagnan, masa depan perjanjian ini semakin di ujung tanduk lantaran pecahnya konflik antara pejabat teras Inggris dan Uni Eropa.
Mural karya seniman jalanan Inggris, Bansky/Yahoo-News
Mural karya seniman jalanan Inggris, Bansky/Yahoo-News

Bisnis.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 berkali-kali membuat negosiasi Brexit antara Inggris dan Uni Eropa tersendat. Kini, setelah sebulan kondisi cenderung stagnan, masa depan perjanjian ini semakin di ujung tanduk lantaran pecahnya konflik antara pejabat teras Inggris dan Uni Eropa.

Terakhir, Menteri Luar Negeri Prancis Michel Bernier menuding pihak Inggris tak tahu sopan santun karena mendesak negosiasi berlanjut di tengah kondisi yang sedang tak pasti.

"Bila berbicara dengan orang lain, aku tak akan menggunakan nada buruk seperti itu, karena itu bisa mencederai sebuah kepercayaan," ujar Bernier seperti diwartakan Bloomberg, Kamis (21/5/2020).

Ucapan Bernier merupakan tanggapan atas pernyataan Kepala Negosiator Inggris sekaligus penasihat negara David Frost yang menuding Uni Eropa sengaja mempersulit negosiasi.

Frost yakin sebagian besar negara Uni Eropa memandang rendah Inggris karena niatan mereka memisahkan diri.

Barnier, di sisi lain, menampik tudingan tersebut. Ia menilai kondisi negosiasi saat ini memang tak imbang karena Inggris menuntut terlampau banyak hal.

"Inggris, misalnya, tak bisa mengharap akses eksklusif untuk pasar tunggal Uni Eropa bila mereka enggan menerima jaminan bahwa kompetisi tetap terbuka dan adil," sambung Bernier.

Dengan kondisi konflik kian runcing, Inggris kini harus memutuskan apakah mereka bakal memperpanjang tenggat Brexit atau tidak. Berdasarkan perjanjian sebelumnya, kesepakatan harus bisa terjalin selambat-lambatnya akhir tahun ini.

Bila tidak, maka Inggris akan kehilangan banyak akses ke pasar Uni Eropa dan pemisahan diri mereka dari Uni Eropa berpotensi besar merugikan negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper