Bisnis.com, JAKARTA – India bisa mencatat surplus transaksi berjalan karena pandemi virus corona (Covid-19) menggoyang permintaan untuk impor.
Menurut Barclays Plc., pelacak transaksi berjalan menunjukkan defisit kecil sebesar US$3 miliar pada kuartal I/2020.
“Kemudian diikuti surplus berturut-turut yang 'tak dikehendaki', mencerminkan aktivitas ekonomi yang lemah,” tulis analis Barclays, dalam sebuah riset, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (19/5/2020).
“Meski harga minyak yang rendah berfungsi sebagai pendorong bagi perekonomian, kami pikir dampak yang lebih besar pada neraca transaksi berjalan akan datang dari berkurangnya permintaan baik untuk impor minyak dan non-minyak,” terangnya.
Aktivitas perdagangan India rontok pada April 2020 setelah lockdown nasional yang diberlakukan untuk menahan persebaran virus corona memorakporandakan rantai pasokan dan menyebabkan permintaan domestik terhenti di negara berekonomi terbesar ketiga di Asia ini.
Menurut data pemerintah, ekspor menyusut 60 persen dari tahun sebelumnya dan impor turun 59 persen. Dengan demikian, defisit perdagangan menyempit menjadi US$6,76 miliar dari US$9,8 miliar pada Maret.
Baca Juga
Impor India sendiri telah berkontraksi dalam 10 dari 12 bulan terakhir di tengah perlambatan yang berkepanjangan bahkan sebelum wabah virus corona merebak.
Tren tersebut mendorong Barclays menaikkan perkiraannya untuk surplus neraca transaksi berjalan menjadi US$19,6 miliar, atau 0,7 persen dari PDB, untuk tahun ini hingga Maret dari US$10 miliar sebelumnya.