Bisnis.com, JAKARTA – Publik Jepang rupanya tidak terkesan dengan cara pemerintah menangani pandemi virus corona (Covid-19) di negeri tersebut. Dukungan untuk Perdana Menteri Shinzo Abe pun merosot.
Menurut survei surat kabar Asahi yang dirilis Senin (18/5/2020), tingkat dukungan untuk Abe kini turun 8 poin persentase dari hampir sebulan lalu menjadi 33 persen.
Angka tersebut adalah level terendah sejak 2018 ketika Abe menghadapi tuduhan kronisme yang menggoyang kepercayaan publik terhadap pemerintahannya.
Sebuah survei terpisah dari jaringan berita TV ANN menunjukkan rating persetujuan untuk kabinet pemerintahan Abe kini turun 7 poin persentase menjadi 32,8 persen, seperti dilansir melalui Bloomberg.
Abe adalah perdana menteri dengan masa pemerintahan terlama di Negeri Sakura. Ia menghadapi salah satu periode paling sulit selama menjalankan kepemimpinan yang dimulai lebih dari tujuh tahun lalu.
Menurut survei tersebut, publik menilai pemerintahannya lamban dan kehilangan sentuhan dalam respons pandemi virus corona. Virus mematikan ini telah mengguncang keuangan rumah tangga dan bisnis.
Baca Juga
Ekonomi Jepang pun tenggelam ke dalam resesi pada kuartal I/2020 karena konsumen membatasi pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Banyak perusahaan kemudian memangkas investasi, produksi, dan perekrutan agar dapat bertahan di tengah pandemi ini.
Kantor Kabinet Jepang melaporkan produk domestik bruto (PDB) terkontraksi 3,4 persen pada kuartal I dibandingkan dengan kuartal sebelumnya karena dimulainya pembatasan aktivitas sosial menekan pengeluaran konsumen dan ekspor.
Kontraksi pada kuartal tersebut menyusul pertumbuhan pada kuartal IV/2019 yang mencapai minus 6,4 persen. Kontraksi PDB selama dua kuartal berturut-turut mengonfirmasi bahwa negara berekonomi terbesar ketiga di dunia itu jatuh ke dalam resesi.
Tak berhenti di sini, sejumlah analis bahkan memperkirakan perekonomian akan terkontraksi 21,5 persen pada kuartal II, terbesar sejak 1955.
Selain soal penanganan virus, survei surat kabar Asahi mengatakan faktor pendorong runtuhnya dukungan baru-baru ini adalah rancangan undang-undang (RUU) yang diusulkan oleh pemerintahan Abe.
Melalui RUU ini, usia pensiun bagi beberapa jaksa senior bertambah dua tahun menjadi 65 tahun. Sekitar dua per tiga responden mengatakan tidak mendukung rencana ini.
Media Jepang termasuk surat kabar Asahi telah melaporkan bahwa RUU itu dapat memungkinkan salah satu sekutu Abe menerima promosi sebagai salah satu jaksa penuntut utama negara itu dalam beberapa bulan mendatang.
RUU itu juga telah menyulut reaksi publik besar-besaran. Sekitar lima juta orang, termasuk selebriti, bergabung dengan kampanye media sosial menentang proposal tersebut.
Karena tidak populernya RUU tersebut, pemerintah dan partai-partai yang berkuasa berusaha untuk membatalkannya, seperti dilaporkan Kyodo News pada Senin (18/5/2020), mengutip informasi sejumlah pejabat senior.
Meski hasil survei tersebut merupakan pukulan bagi Abe, ia tidak mungkin menghadapi ancaman langsung karena partai-partai oposisi gagal menarik pemilih dan memiliki tingkat dukungan single digit.
Terlepas dari reaksi balik soal pengananan virus, Jepang telah mencatat angka kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 yang paling sedikit di antara negara-negara G7.