Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan properti diSingapura turun ke level terendah sejak hampir enam tahun terakhir pada bulan April setelah pemerintah memberlakukan lockdown pada awal bulan, yang membuat pasar properti terhenti.
Dilansir dari Bloomberg, Urban Redevelopment Authirity Singaura mencatat jumlah apartemen yang terjual merosot 58 persen menjadi 277 unit pada April dari 660 unit pada bulan sebelumnya.
Angka ini merupakan yang terendah sejak Desember 2014, ketika pasar perumahan swasta tertekan oleh aturan baru pembatasan properti pemerintah yang mencakup kenaikan pajak untuk warga negara asing yang membeli apartemen serta penduduk lokal yang membeli rumah kedua.
Hampir semua transaksi bulan lalu terjadi sebelum Singapura memberlakukan lockdown sebagian pada 7 April, dengan sekolah telah ditutup dan 80 persen kantor ditutup, sehingga hanya layanan-layanan penting yang berjalan. Galeri contoh apartemen harus ditutup karena hampir seluruh warga tidak meninggalkan rumah mereka.
Dengan lockdown yang diperpanjang hingga 1 Juni untuk menahan lonjakan infeksi, yang saat ini melampaui 25.kasus 000 sebagian besar disebabkan oleh wabah di kalangan pekerja migran, penjualan properti Mei diperkirakan turun di bawah 200 unit.
Lockdown yang diperpanjang juga mengancam harga turun lebih lanjut. Nilai rumah turun 1 persen pada kuartal I/2020, penurunan paling tajam sejak lebih dari tiga tahun terakhir.
Baca Juga
Untuk membantu pengembang mengatasi tekanan, pemerintah awal bulan ini memperpanjang periode durasi penjualan untuk unit perumahan, serta jadwal untuk proyek yang harus diselesaikan.
Kepala analis di APAC Realty Ltd, Nicholas Mak mengatakan ketika lockdown dilonggarkan pada bulan Juni, pembeli rumah akan kembali secara bertahap untuk mencari properti.
Pemerintah Singapura dapat kembali membatasi pertemuan publik hingga maksimal 10 orang, sehingga pemulihan penjualan semestinya diharapkan terjadi dari bulan Juli.
"Pembeli juga akan lebih waspada karena ketidakpastian ekonomi dan banyak pekerja menghadapi prospek pemotongan upah dan penghematan," kata Mak, seperti dikutip Bloomberg.