Bisnis.com, JAKARTA - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sarjan nekat pulang kampung dengan berjalan kaki dari Ciputat menuju Bima, Nusa Tenggara Barat, untuk menemui kedua orang tuanya.
Sarjan menceritakan alasan dirinya melakukan aksi jalan kaki dari Ciputat, Tangerang Selatan, ke Bima, NTB. Sarjan mengaku sudah tidak ada aktivitas lagi di kampus dan kosannya, serta kangen keluarganya di rumah.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Razia Operasi Ketupat 2020 membuat dirinya khawatir jika pulang kampung memakai bus. Sarjan tak ingin bus yang ditumpanginya putarbalik oleh Kepolisian, oleh karena itu dia nekat pulang kampung dengan berjalan kaki.
Mahasiswa semester 8 jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora ini memulai aksi jalan kaki dari Ciputat pada 26 April 2020 sekitar pukul 13.00 WIB. Kini, Sarjan sudah tiba di Lombok, NTB, dan beristirahat sejenak di rumah sanak saudaranya.
"Saya tiba di Lombok NTB sekitar pukul 21.00 dan ditelepon keluarga di rumah agar tidak melanjutkan berjalan kaki ke Bima," tuturnya kepada Bisnis, Rabu (13/5/2020).
Sarjan mengaku sudah dua bulan terkurung di dalam kosannya dan tidak bisa ke mana-mana lantaran adanya aturan PSBB untuk mencegah penyebaran virus Corona atau covid-19. Kendati demikian, Sarjan mengatakan bahwa dirinya sering mendapatkan bantuan makanan dari pihak kampus dan Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Teman-teman saya sudah pada pulang kampung sebelum PSBB itu diterapkan. Jadi sekarang sepi sekali di Ciputat, akhirnya saya memutuskan untuk pulang kampung, karena kampus juga kan sedang libur," kata Sarjan.
Malam ini, rencananya Sarjan akan meneruskan perjalanannya dari Lombok ke Bima NTB. Dengan berjalan kaki dibutuhkan waktu 3 sampai 6 hari. Namun, Sarjan tengah mempertimbangkan untuk sepeda motor sehingga perjalanan bisa ditempuh hanya dalam 24 jam.
"Orang tua saya khawatir saya kenapa-napa kalau dari Lombok ke Bima jalan kaki lagi. Mungkin nanti saya akan naik motor untuk melanjutkan perjalanan," ujar Sarjan.