Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap kunci penentuan awal bulan Syawal 1441 H atau Lebaran 2020 akan berada pada Sabtu (23/5/2020).
Pasalnya, konjungsi geosentrik atau ijtimak, peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari atau dikenal sebagai bulan baru, akan kembali terjadi pada Sabtu, 23 Mei 2020 M, pukul 00.39 WIB atau pukul 01.39 WITA atau pukul 02.39 WIT.
Artinya, Bulan Baru ini terjadi sebelum Matahari terbenam pada Sabtu (23/5/2020). Karena waktu Matahari terbenam paling awal di Indonesia pada hari itu ada di Merauke, Papua, pukul 17.26 WIT, sedangkan waktu terbenam paling akhir adalah pukul 18.48 WIB di Sabang, Aceh.
BMKG menyarankan beberapa mekanisme bagi pengamat hilal, atau yang melaksanakan metode rukyat pada Sabtu (23/5/2020) sore agar memperhatikan beberapa aspek.
Pertama, ketinggian hilal di Indonesia pada saat itu berkisar antara 5,60? di Merauke, Papua sampai dengan 7,12? di Banda Aceh, Aceh. Sementara sudut elongasi pada saat itu berkisar antara 6,34 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 7,88 derajat di Sabang, Aceh.
Ketika Matahari terbenam pada 23 Mei 2020, umur Bulan Baru ini diperkirakan berkisar antara 14,79 jam di Merauke, Papua sampai dengan 18,16 jam di Sabang, Aceh.
BMKG mengingatkan hati-hati pula dengan objek astronomis lain yang berpotensi mengacaukan rukyat hilal. Pasalnya, akan ada objek astronomis selain hilal yang posisi dan kecerahannya mirip-mirip.
Pada tanggal 23 Mei 2020, dari sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam terdapat bintang Aldebaran di kiri atas Bulan dengan dengan jarak sudut lebih kecil daripada 5? dari Bulan.
Cermati pula objek astronomis lain berupa planet, misalnya Venus atau Merkurius, atau berupa bintang yang cerlang, seperti Sirius karena pengamat yang tak cermat punya potensi menganggapnya sebagai hilal.