Bisnis.com, JAKARTA - Wabah virus corona bukan hanya menebarkan infeksi pada jutaan manusia di dunia, tapi juga meningkatkan hoaks, dan ketegangan antar negara.
Diketahui, sejumlah negara menyalahkan China sebagai episentrum munculnya virus corona yang kemudian menyebar ke ratusan negara.
Kabar ketegangan baru kini muncul lagi ketika muncul kabar jika Presiden China Xi Jinping secara pribadi meminta WHO untuk menahan informasi tentang penularan virus dari manusia ke manusia dan menunda pengumuman global empat hingga enam pekan di awal wabah Covid-19 menerpa.
Informasi itu diungkap oleh media asal Jerman Der Spiegel, mengutip dari Badan Intelijen Federal negara itu, yang dikenal sebagai Bundesnachrichtendienst (BND).
Menurut BND pada 21 Januari, pemimpin China Xi Jinping meminta kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk menahan informasi tentang penularan dari manusia ke manusia dan untuk menunda peringatan risiko pandemi.
Akibat dari itu, BND menyebutkan dunia sudah kehilangan waktu untuk mempersiapkan diri memerangi virus.
Tapi, tuduhan itu langsung dibantah WHO yang merilis pernyataan dengan menyebutkan tuduhan itu 'tidak berdasar dan tidak benar'.
Pernyataan itu membantah adanya komunikasi via telepon antara Dr Tedros dan Presiden Xi pada 21 Januari 2020.
Pernyataan itu juga menegaskan mereka tidak pernah berbicara melalui telepon. Dan menyebutkan laporan yang tidak akurat seperti itu mengalihkan perhatian dan mengurangi upaya WHO dan dunia untuk mengakhiri pandemi COVID-19.
"China mengkonfirmasi transmisi coronavirus baru dari manusia ke manusia pada 20 Januari atau sehari sebelum percakapan telepon yang dituduhkan. Sedangkan WHO mengumumkan kepada publik pada 22 Januari bahwa berdasarkan data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terjadi di Wuhan," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Rumor terkait WHO membela China juga sempat disampaikan Presiden AS Donald Trump yang berujung pada kebijakan pengehentian bantuan dana untuk WHO.