Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Eropa Merosot Tajam, Kegiatan Bisnis dan Lapangan Kerja Terancam

Manufaktur Eropa dinilai akan membutuhkan waktu lama untuk pulih akibat wabah penyakit virus corona (Covid-19), setelah mengalami kemerosotan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada April.
Suasana pabrik kapal Damen di Gorinchem, Belanda. Perusahaan menyelesaikan pesanan 160 kapal setiap tahun dengan kontributor pendapatan terbesar berasal dari Eropa yakni 32 persen dan Asia Pasifik 28 persen./ Bisnis - Duwi Setiya Ariyanti
Suasana pabrik kapal Damen di Gorinchem, Belanda. Perusahaan menyelesaikan pesanan 160 kapal setiap tahun dengan kontributor pendapatan terbesar berasal dari Eropa yakni 32 persen dan Asia Pasifik 28 persen./ Bisnis - Duwi Setiya Ariyanti

Bisnis.com, JAKARTA – Manufaktur Eropa dinilai akan membutuhkan waktu lama untuk pulih akibat wabah penyakit virus corona (Covid-19), setelah mengalami kemerosotan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada April 2020.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (4/5/2020), purchasing managers' index (PMI) manufaktur untuk kawasan euro yang dirilis IHS Markit turun menjadi level 33,4 pada April.

Tak hanya lebih rendah dari 44,5 pada bulan Maret, capaian pada April adalah yang terendah sejak seri pencatatannya dimulai pada tahun 1997. Sementara itu, indeks untuk output anjlok menjadi hanya 18,1, jauh di bawah level kunci 50.

Negara-negara di Eropa yakni Prancis dan Italia mencatat rekor data terendah, sementara Spanyol dan Jerman membukukan posisi terlemah dalam sekitar 11 tahun.

Dalam laporan bulanannya, IHS Markit mengatakan pemulihan dari langkah penutupan (shutdown) ekonomi yang telah diberlakukan di kawasan ini akan berlangsung "sangat lambat". Pada akhirnya kondisi ini akan tetap mengancam bisnis dan pekerjaan.

Para manufaktur telah secara berkelanjutan memangkas tingkat kepegawaian selama dua belas bulan berturut-turut. Kondisi kehilangan pekerjaan sangat akut di Yunani, Irlandia, dan Spanyol.

Angka-angka yang suram tersebut dapat mendorong seruan untuk pemerintah agar bergerak lebih cepat mencabut pembatasan yang telah menyebabkan kerusakan besar pada bisnis dan mata pencaharian masyarakatnya.

Para politisi dihadapkan dengan tantangan-tantangan untuk mencoba mengembalikan perekonomian ke keadaan normal tanpa mengambil risiko gelombang infeksi lebih lanjut yang membutuhkan putaran baru shutdown yang destruktif.

Aktivitas perekonomian beberapa negara termasuk Jerman, Spanyol dan Italia, perlahan-lahan memang dibuka kembali. Di sisi lain, akan memakan waktu sebelum banyak bisnis dapat beroperasi penuh, sementara tingkat keseluruhan kegiatan ekonomi dan permintaan akan tetap di bawah normal untuk beberapa waktu.

“Langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keselamatan pekerja menunjukkan bahwa bisnis yang dapat memulai kembali produksi pada umumnya akan berjalan dengan kapasitas rendah, dan sebagian besar akan beroperasi di lingkungan dengan permintaan yang sangat berkurang,” jelas Chris Williamson, Chief Business Economist Markit.

"Pengeluaran bisnis untuk input dan mesin serta peralatan juga akan tetap rendah untuk beberapa waktu,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper