Bisnis.com, JAKARTA — Ekonomi Uni Eropa jatuh tersungkur ke kontraksi, sebuah hasil yang mengindikasikan dukungan fiskal bagi kawasan ini.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan dengan 19 negara ini melorot 3,8 persen pada kuartal awal tahun ini. Pemberlakuan lockdown di sejumlah negara di Uni Eropa memaksa bisnis setop beroperasi sehingga memacu angka pengangguran.
Dikutip Bloomberg, Kamis (30/4/2020), Italia yang terlilit utang dengan jumlah terbesar di dunia mencatatkan ekonomi yang turun 4,7 persen pada periode yang sama. Tak jauh berbeda, Prancis dan Spanyol juga memiliki ruang terbatas untuk menghindari krisis ini, dengan kontraksi lebih dari 5 persen.
Ketika krisis kesehatan berubah menjadi bencana ekonomi, sejumlah negara mendesak adanya solusi dukungan fiskal yang berisiko memompa beban utang melalui penjualan surat utang Uni Eropa.
Negara seperti Jerman dan Belanda menolak usulan itu dengan kekhawatiran kebijakan itu justru membebani ekonomi mereka.
Dukungan dana kemungkinan bakal datang dari European Central Bank (ECB), ketika Presiden ECB Christine Lagarde bakal memutuskan apakah akan meloloskan rencana pembelian surat utang dengan nilai lebih dari 1 triliun euro (US$1,1 triliun) untuk memacu ekonomi.
Baca Juga
Indikator ekonomi lainnya menunjukkan inflasi kawasan ini melambat menjadi 0,4 persen pada April 2020, level terlemah sejak 2016. Perlambatan itu kebanyakan dipengaruhi oleh melorotnya harga minyak, dengan biaya energi yang merosot hampir 10 persen.
“Selama bisnis dapat menghadapi badai ekonomi, kami masih optimis ekonomi akan kembali tumbuh pada kuartal III/2020 meski dengan penerapan pembatasan sosial ke depan. Dengan skenario pertumbuhan itu, pertumbuhan ekonomi berisiko mencapai -8 persen pada tahun ini,” kata ekonom Blomberg Jamie Rush, David Powell, dan Maeva Cousin.