Bisnis.com, SRAGEN - Pebisnis atau perajin keset (pembersih alas kaki) asal Semarang ini harus menerima kenyataan pahit dikarantina Corona di rumah angker, saat mengumpulkan bahan baku kain di Kabupaten Sragen.
Niat baik untuk terus menghidupkan kegiatan perekonomian dari usaha kerajinan keset di tangah pandemi Corona, justru menjadi Bumerang bagi pebisnis keset asal Semarang bernama Rochmadi berusia 40 tahun tersebut.
Kabupaten Sragen memang mempunyai kebijakan karantina Pandemi Corona yang unik, yaitu dengan menjadikan rumah angker sebagai lokasi karantina. Lokasi rumah angker itu berada di desa Sepat, Kecamatan Sragen.
Apesnya, pebisnis keset asal Semarang itu justru memburu bahan baku kain untuk keset di desa Sepat dengan menginap di salah satu rumah warga.
Keberadaan pebisnis keset itu diketahui berdasarkan laporan yang diterima Kades Sepat, Mulyono, dari anggota karang taruna. Dia mengaku mendapat laporan pada Senin pagi (4/5/2020) pukul 03.45 WIB.
Mereka menyampaikan informasi ada pendatang dari Semarang yang kedapatan menginap di rumah warga tanpa seizin ketua RT setempat. Saat itu pula, Mulyono dan pengurus karang taruna mendatangi rumah warga tersebut itu.
Dijemput Satgas Covid-19
Warga yang menampung pria dari Semarang itu pun langsung ditegur. Selanjutnya Rochmadi sang pebisnis keset yang baru datang dari Semarang diminta tinggal di rumah angker yang menjadi tempat karantina pada Senin pagi (4/5/2020).
“Warga itu saya tegur karena ada tamu dari luar yang menginap kok diam saja. Kita tidak tahu apakah dia membawa virus atau tidak. Kalau dia tidur di rumah warga maka ini tidak akan memutus mata rantai virus itu. Oleh sebab itu, kami minta dia tinggal di rumah isolasi, bukan di rumah warga,” ujar Mulyono saat ditemui Solopos.com, Senin (4/5/2020).
Pebisnis keset itu mengaku datang ke Desa Sepat karena alasan pekerjaan. Dia bermaksud mengurus kebutuhan kain yang menjadi bahan baku pembuatan keset.
Rochmadi merupakan pemilik usaha kerajinan keset di Semarang yang memiliki beberapa karyawan dari Desa Sepat. Rencananya, Rochmadi akan tinggal di Desa Sepat selama lima hari.
Karantina di Rumah Angker
Lantaran tidak diperkenankan menginap di rumah warga, Rochmadi akhirnya dijemput Satgas Covid-19 Desa Sepat untuk dimasukkan ke rumah angker yang dijadikan tempat karantina.
Akan tetapi, pada Senin pagi, sekitar pukul 10.00 WIB, Rochmadi kepadatan keluar dari rumah angker tempat karantina di Sragen itu untuk mengurus pekerjaannya. Sikap Rochmadi yang tidak tertib menjalankan karantina membuat Mulyono berang.
“Kami menegur dia karena sudah melanggar komitmen yang sudah ditandatangani sendiri. Namanya isolasi, dia tidak boleh ke mana-mana. Untuk urusan pekerjaan, dia bisa minta tolong temannya yang dipantau lewat ponsel. Kalau dia keluar dari rumah isolasi lalu bertemu banyak orang di desa ini itu namanya pelanggaran,” sambung Mulyono.
Salah Paham
Sementara itu, Rochmadi, mengakui ada kesalahpahaman yang membuat ia nekat keluar dari rumah isolasi. Dia berdalih Pemdes Sepat memberi izin kepadanya mengurus pekerjaan di desa setempat, namun harus tinggal di rumah angker untuk karantina selama lima hari ke depan.
“Terus terang saya datang ke sini untuk mengurus pekerjaan. Karena saya di sini tidak boleh keluar [dari rumah karantina], lebih baik urusan pekerjaan saya tunda dulu. Tidak apa-apa saya rugi Rp1-2 juta karena situasinya tidak memungkinkan,” ujar Rochmadi.
Rochmadi sendiri belum sempat merasakan sensasi tidur di rumah karantina di Sragen yang angker dan disebut berhantu itu. Sebab dia baru tiba di sana selepas Subuh.
Setelah beristirahat sebentar, dia akhirnya keluar dari rumah angker itu untuk mengurus pekerjaan. “Saya belum sempat tidur di sini karena baru sampai tadi pagi. Setelah ini, rencananya saya mau balik ke Semarang,” paparnya.
Punya urusan bisnis di Sragen? Sebaiknya tunda dulu untuk kunjunang langsung kalau tidak ingin bernasib seperti Rochmadi sang perajin keset, yang harus menginap di rumah angker sesuai protokol Corona yang ditetapkan Pemkab Sragen.