Muslim di India tengah mengalami peristiwa getir akhir-akhir ini. Mereka dituduh sebagai penyebar virus Corona (Covid-19) di negara tersebut. Bahkan, di media sosial beredar tanda pagar (#jihadcorona). Tentu, untuk yang terakhir ini, konotasinya buruk.
Yakni, satu muslim yang positif Corona, akan menyebarkan ke sejulah orang beragama lainnya di India. Tuduhan yang benar-benar menyakitkan, bahkan Uni Emirate Arab mengecam dengan mempertanyakan sekularisme India di platform media sosial.
Atas hal itu, Perdana Menteri Narendra Modi pun sampai meminta warganya untuk menjaga persatuan dengan berkicau di media sosial Twitter miliknya. Bahwa, virus Corona tidak mengenal agama.
Penyebab dari diskriminasi tersebut tak lain adalah acara Tablighi Jamaat di Delhi pada pertengahan Maret silam. Di sana, berkumpul ribuan umat Islam--termasuk di antaranya dari Indonesia. Acara tersebut pun menjadi pusat pesebaran virus Corona.
Dan, banyak peserta acara tersebut dikarantina. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak peserta yang bertahan hidup. Hal ini membuat sistem kekebalan tubuh mereka merespons dengan menciptakan antibodi, yang menyerang virus.
Lama-kelamaan ini menumpuk dan dapat ditemukan dalam plasma, bagian cair dari darah.
Baca Juga
Nah, antibodi ini yang kemudian tengah diteliti banyak ilmuwan untuk membuat vaksin Corona. Namun, masih dalam tahap uji coba di banyak negara termasuk India, yang mengujinya di beberapa negara sebelum menyetujui untuk penggunaan yang lebih luas.
Kini, para penyintas Corona di tempat karantina itu justru berbuat mulia. Yakni, 10 penyintas itu menyilahkan ilmuwan untuk menyumbangkan plasma pada hari Minggu kemarin.
"Media telah menjelek-jelekkan kami setelah beberapa dari kami dites positif mengidap virus. Tetapi dengan rahmat Allah ini akan membantu meningkatkan citra kami," kata salah satu donatur, Farooq Basa dari negara bagian selatan Tamil Nadu kepada BBC.