Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan ritel Inggris mencatat penurunan terbesar sepanjang sejarah pencatatannya, setelah langkah-langkah pembatasan untuk mengendalikan virus corona (Covid-19) memaksa hampir semua toko tutup.
Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics) Inggris pada Jumat (24/4/2020) melaporkan penjualan keseluruhan termasuk bahan bakar mobil mengalami turun 5,1 persen pada Maret 2020 dari bulan sebelumnya, penurunan terbesar sejak setidaknya tahun 1996. Adapun, penjualan tidak termasuk bahan bakar turun 3,7 persen.
Angka-angka tersebut menunjukkan dampak parah akibat Covid-19 yang semakin membebani kondisi industri ritel di Inggris. Survei penjualan ritel ini dilakukan dari 1 Maret hingga 4 April.
Pada akhir Maret 2020, hanya supermarket, apotek, dan toko-toko penting lainnya yang tetap buka setelah Perdana Menteri Boris Johnson memerintahkan warga Inggris untuk tinggal di rumah masing-masing (stay at home). Toko-toko yang ditutup tidak akan dibuka kembali hingga setidaknya bulan Mei.
Toko-toko pakaian mengalami penurunan penjualan sebesar 35 persen, terburuk di antara toko non-makanan, dimana penjualan turun lebih dari 19 persen secara keseluruhan. Sementara itu, penjualan bahan bakar mobil mencatat kemerosotan hampir 19 persen.
Kabar baik untuk industri ini datang dari penjualan makanan, yang mencatat rekor kenaikan sebesar 10,4 persen karena didorong oleh aksi panic buying pada awal bulan ini.
Baca Juga
Dengan banyaknya warga yang bekerja dari rumah (work from home), toko-toko alkohol mengalami peningkatan penjualan sebesar 31,4 persen, peningkatan terbesar sejak pencatatannya dimulai pada tahun 1988. Angka tersebut tidak termasuk supermarket, tempat sebagian besar alkohol dibeli.
Di sisi lain, para pembeli semakin aktif dalam bertransaksi secara daring. Oleh karenanya, nilai penjualan melonjak lebih dari 8 persen secara bulanan.
Sebagai tanda mengkhawatirkan lebih lanjut untuk peritel Inggris, sebuah laporan terpisah hari ini menunjukkan kepercayaan konsumen Inggris menyentuh level terendah dalam lebih dari satu dekade.
Perusahaan riset pasar, GfK, mengatakan indeks sentimen berada di level -34 pada bulan April, mendekati level yang terlihat selama krisis keuangan pada tahun 2008.