Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aset Korea Selatan Bertumbangan, Siapa Penerus Kim Jong-un?

Belum lepas dari belitan sentimen virus corona (Covid-19), pasar dikejutkan dengan kabar bahwa kondisi kesehatan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, kemungkinan telah memburuk.
Warga Korea Selatan (Korsel) menonton tayangan televisi yang menunjukkan Presiden Korsel Moon Jae-in berpelukan dengan pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un ketika tiba di Pyongyang, Korut, Selasa (18/9)./Reuters-Kim Hong-Ji
Warga Korea Selatan (Korsel) menonton tayangan televisi yang menunjukkan Presiden Korsel Moon Jae-in berpelukan dengan pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un ketika tiba di Pyongyang, Korut, Selasa (18/9)./Reuters-Kim Hong-Ji

Bisnis.com, JAKARTA – Belum lepas dari belitan sentimen virus corona (Covid-19), pasar dikejutkan dengan kabar bahwa kondisi kesehatan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, kemungkinan telah memburuk.

Meski informasi dari negara terisolasi itu terbatas, tidak butuh waktu lama bagi para investor untuk merespons kabar ini. Aset-aset berisiko asal Korea Selatan, negara tetangga Korut, bertumbangan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan Kospi berakhir turun tajam 1 persen atau 18,98 poin ke level 1.879,38 pada perdagangan hari ini, Selasa (21/4/2020).

Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan sedang mencari tahu detail soal kondisi kesehatan Kim Jong-un, setelah menerima informasi bahwa ia sedang dalam kondisi kritis pasca menjalani operasi kardiovaskular pekan lalu.

“Pemerintahan [Presiden Donald] Trump tidak yakin apakah Kim dalam keadaan mati atau hidup,” ungkap seorang pejabat pemerintah AS, yang meminta untuk tidak diidentifikasi, seperti dilansir melalui Bloomberg.

Spekulasi mengenai kesehatan pria berusia sekitar 36 tahun tersebut telah membangkitkan kembali kekhawatiran tentang potensi ketidakstabilan di negara bersenjata nuklir tersebut.

Korut diketahui telah diperintah oleh tiga generasi keluarga Kim. Namun, hingga kini belum terdengar rencana suksesi kepemimpinan berikutnya apabila Kim Jong-un tutup usia.

Meski Korea Utara telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan hubungan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat, progresnya tampak melambat dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu, tidak jelas bagaimana rezim Korut akan menanggapi hubungan tersebut jika sesuatu yang serius terjadi pada Kim Jong-un.

“Di saat pergolakan seperti itu, Korea Utara cenderung menjadi lebih keras dalam hal hubungan luar negeri,” tutur Min Gyeong-won, seorang ekonom di Woori Bank.

Sejalan dengan Kospi, nilai tukar won Korsel ditutup melemah 9,25 poin atau 0,76 persen ke level 1.229,66 won per dolar AS hari ini. Nilai tukar won bahkan sempat menyentuh level 1.240,90, terendah sejak 2 April terhadap dolar AS.

“Kecuali pihak otoritas mengambil langkah untuk meyakinkan pasar, mata uang Korea Selatan dapat turun hingga menyentuh 1.300,” sambung Min.

Meningkatnya risiko geopolitik menambah beban bagi won, yang baru-baru ini jatuh ke level terendah dalam 11 tahun di level 1.296,75, karena kekhawatiran tentang pandemi virus corona di ekonomi yang bergantung pada ekspor Korea Selatan tersebut.

“Jika laporan-laporan tentang Kim akurat, itu bisa negatif untuk pasar keuangan karena rencana suksesi di bawah pemimpin Korea Utara saat ini tampaknya tidak jelas," terang Jeon Kyungdae, chief investment officer di Macquarie Investment Management Korea.

"Mantan-mantan pemimpin [Korut] sebelumnya telah menunjuk seorang penerus sebelum kematian mereka,” tambahnya.

Obligasi Korea Selatan juga merosot, dengan imbal hasil bertenor sepuluh tahun naik tiga basis poin menjadi 1,48 persen dan imbal hasil tiga tahun naik tiga basis poin menjadi 1,04 persen.

Menurut Qi Gao, ahli strategi valuta asing di Scotiabank, kabar seputar Kim Jong-un memicu penghindaran aset berisiko serta meningkatkan premi risiko aset-aset Korea Selatan.

“Ini dapat menjelaskan mengapa semua aset berdenominasi won berjatuhan,” ungkap Qi.

Aksi penghindaran aset berisiko juga menjalar ke luar wilayah Korea. Sebaliknya, dolar AS menguat terhadap mata uang negara berkembang di Asia bersama nilai tukar yen Jepang yang daya tariknya sebagai aset safe haven seketika menanjak.

“Ketidakpastian tentang siapa yang menggantikannya di Korea Utara adalah suatu misteri besar. Itulah yang membuat pasar gelisah,” ujar Jeffrey Halley, analis pasar di Oanda Asia Pasifik, mempertimbangkan skenario terburuk yang dapat terjadi pada Kim Jong-un.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper