Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terhempas Covid-19, Maskapai Virgin Australia Tumbang

Virgin Australia Holdings Ltd. menjadi maskapai penerbangan pertama di Asia yang tumbang akibat virus corona (Covid-19) setelah wabah tersebut mengikis habis pendapatan perusahaan yang terbebani utang.
Armada Virgin Australia terparkir di Bandara Sydney./Bloomberg
Armada Virgin Australia terparkir di Bandara Sydney./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Virgin Australia Holdings Ltd. menjadi maskapai penerbangan pertama di Asia yang tumbang akibat virus corona (Covid-19) setelah wabah tersebut mengikis habis pendapatan perusahaan yang terbebani utang.

Dilansir dari Bloomberg, perusahaan yang berbasis di Brisbane, Australia, tersebut akan menjalani proses restrukturisasi di bawah Deloitte pada Selasa (21/4/2020). Mereka akan berusaha untuk mendatangkan investor baru, mengatur kembali pinjaman atau menemukan pembeli untuk menyelamatkan bisnis.

Virgin Australia bergabung dengan FlyBe, maskapai penerbangan domestik terbesar di Inggris sebelum kolaps bulan lalu, yang menjadi korban korporasi akibat virus tersebut. Maskapai telah dihantam oleh larangan perjalanan domestik dan internasional yang memaksa mereka untuk mencari bantuan pemerintah.

Virgin Australia, yang telah merumahkan 80 persen dari 10.000 tenaga kerjanya, akan terus mengoperasikan beberapa penerbangan untuk pekerja penting, barang, dan repatriasi warga Australia.

"Kami telah memulai proses mencari minat dari para pihak untuk berpartisipasi dalam rekapitalisasi bisnis dan masa depan, dan sejauh ini ada beberapa yang tertarik," kata Vaughan Strawbridge, yang merupakan salah satu dari empat administrator di Deloitte, seperti dikutip Bloomberg.

Nasib Virgin Australia, yang memiliki utang lebih dari A$5 miliar (US$3,2 miliar) pada akhir 2019, terombang-ambing setelah menghentikan hampir semua layanan karena virus dan gagal mendapat bantuan dari pemerintah.

Perusahaan telah mengajukan pinjaman kepada pemerintah sneilai A$1,4 miliar yang dikonversi menjadi ekuitas untuk melalui masa krisis. Namun, pemerintah Australia justru meminta pemegang saham maskapai untuk turun tangan dan menyelamatkan perusahaan.

Hampir seluruh saham perusahaan dimiliki oleh maskapai asing, di antaranya Singapore Airlines Ltd., Etihad Airways PJSC, HNA Group Co. dan Nanshan Group Co. masing-masing memiliki sekitar 20 persen. Pendiri Virgin Group, Richard Branson, memiliki sekitar 10 persen saham.

Dalam sepucuk surat kepada staf Virgin pada hari Senin, miliarder Inggris tersebut mengatakan maskapai penerbangannya di InNggris dan Australia tidak akan bertahan dari krisis tanpa dukungan pemerintah.

Branson mengatakan dia melakukan segala yang mungkin dilakukan untuk menjaga Virgin Atlantic Airways Ltd, tetapi itu membutuhkan pinjaman yang didukung pemerintah Inggris untuk mengatasi badai ini.

Perjuangan Virgin Australia untuk bertahan hidup memicu permusuhan yang buruk dengan saingan domestiknya yang lebih besar. Qantas Airways Ltd. berpendapat bahwa Virgin tidak seharusnya diberi bailout, sementara Virgin menuduh Qantas menyebarkan desas-desus palsu tentang posisi kasnya yang surut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper