Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan hunian di Singapura mengalami kemerosotan tajam sepanjang kuartal pertama 2020, salah satu penyebabnya adalah aturan pemutus jaringan atau circuit breaker virus corona yang diterapkan di seluruh Singapura hingga awal Mei mendatang.
Berdasarkan data JLL Singapura, penjualan properti residensial primer mengalami penurunan yang sangat signifikan selama kuartal pertama 2020 akibat wabah corona dan perayaan Tahun Baru Imlek.
Sepanjang kuartal pertama tidak ada penjualan kolektif yang terjadi untuk sektor properti primer atau baru karena banyak pengembang yang masih fokus menghabiskan proyek yang belum terjual daripada harus meluncurkan produk baru di tengah besarnya ketidakpastian perekonomian.
Dari sisi harga, secara margin juga mengalami penurunan tajam sepanjang kuartal pertama. Hal ini sejalan dengan menurunnya aktivitas di pasar properti.
“Kondisi perekonomian saat ini membuat banyak bisnis makin tertekan memengaruhi bujet pengeluaran untuk sewa properti yang kemudian memengaruhi harga sewa dan naiknya tingkat kekosongan,” ungkap Tay Huey Ying, Head of Research & Consultancy JLL Singapura melalui laporan tertulis, Rabu (15/4/2020).
JLL memproyeksikan bahwa ketidakpastian ekonomi di Singapura akibat makin meluasnya persebaran wabah covid-9 bakal memengaruhi kinerja properti primer sepanjang 2020.
Baca Juga
Urban Redevelopment Authority (URA) Singapura menyebutkan bahwa penjualan hunian pada Maret 2020 mengalami penurunan 32 persen menjadi hanya 660 unit dari 976 unit pada Februari.
Aturan jaga jarak sosial yang tegas mulai bulan lalu dan pembatasan perkumpulan dengan maksimum 10 orang, membuat para perusahaan agen real estat tidak bisa melakukan pameran karena takut terjadi penularan dan para pembeli juga lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah.
Laporan URA menyebutkan bahwa kondisi pasar berbalik sangat cepat di Singapura. Pada awal terjadi wabah, pasar properti Singapura tetap kokoh, paling hijau di Asia dengan pencatatan penjualan di atas ekspektasi dan pertumbuhan harga masih cukup tinggi.
Namun, keadaan saat ini berbalik, harga rumah di Singapura anjlok ke titik terendah selama 3 tahun sepanjang kuartal pertama karena wabah covid-19 juga menghantam perekonomian Negeri Singa.
URA memproyeksikan penjualan properti di Singapura bakal terpukul makin dalam untuk beberapa bulan ke depan setelah pemerintah mengeluarkan aturan untuk menahan persebaran virus yang sudah mengalami ledakan pada bulan lalu.