Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prancis Perpanjang Masa Lockdown hingga 11 Mei

Presiden Prancis Emmanuel Macron memperpanjang masa lockdown nasional untuk memerangi penyebaran virus corona dan menangkis kritik terhadap pemerintahnya dengan mengatakan negara belum memiliki cukup persiapan sebelum pandemi melanda.

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prancis Emmanuel Macron memperpanjang masa lockdown nasional untuk memerangi penyebaran virus corona dan menangkis kritik terhadap pemerintahnya dengan mengatakan negara belum memiliki cukup persiapan sebelum pandemi melanda.

Dalam pidatonya yang disiarkan Senin (13/4/2020), Macron mengatakan akan secara bertahap membuka kembali perekonomian mulai 11 Mei mendatang. Perpanjangan ini mengikuti keputusan serupa di Italia.

Pengumuman juga sejalan dengna peningkatan jumlah kematian harian pertama dalam empat hari terakhir, yang mencapai 574 jiwa dalam 24 jam terakhir menjadi 14.967, menurut kementerian kesehatan.

Sementara itu, pertumbuhan jumlah kasus infeksi baru yang tercatat melambat menjadi 4.188 dengan total kasus mencapai 136.779.

“Apakah kita siap untuk krisis ini? Jelas tidak cukup,” kata Macron.

“Tapi kami menghadapi situasi ini Di Prancis seperti di tempat lain, kami harus menangani keadaan darurat, membuat keputusan sulit, berdasarkan informasi yang parsial, sering berubah, dan selalu beradaptasi,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Prancis adalah negara yang paling parah nomor tiga di Eropa, setelah Italia dan Spanyol. Meskipun ketiga negara telah memberlakukan lockdown pada sebagian besar aspek kehidupan sehari-hari, anggota Uni Eropa lainnya termasuk Denmark dan Austria mulai melakukan pelonggaran pembatasan.

Menurut sebuah studi oleh Institut Penelitian Kesehatan Nasional Prancis yang diterbitkan oleh Le Monde, mencabut lockdown tanpa strategi pengujian dan isolasi yang tepat akan memicu gelombang kedua dan membebani sistem perawatan kesehatan Prancis.

Meskipun pemerintah telah menggandakan jumlah tempat tidur di unit perawatan intensif  hingga berjumlah 14.500 dari 5.000 sebelum epidemi, hanya 1 persen hingga 6 persen dari total populasi telah terinfeksi.

Ketidakpercayaan Publik

Macron, yang menyebut krisis itu sebagai "perang," mengatakan Prancis akan menguji semua pasien dengan gejala mulai 11 Mei. Sementara itu, sekolah akan dibuka kembali secara bertahap mulai tanggal terseut, sedangkan universitas akan tetap ditutup.

Acara publik, bar, kafe, museum, dan restoran tidak akan dibuka kembali setidaknya sampai pertengahan Juli, dan rencana spesifik akan diluncurkan untuk mendukung sektor pariwisata..

Macron tengah berjuang melawan ketidakpercayaan publik setelah awalnya mengatakan tindakan lockdown tidak diperlukan dan kemudian merevisi pernyataannya tersebut. Pemerintahnya juga menghadapi tuduhan telah menghapus kewajiban penggunaan masker di ruang publik umum.

"Dari saat masalah ini teridentifikasi, kami beraksi," kata Macron.

Pemerintahan Macron juga berlomba untuk mendukung perusahaan dan pekerja yang dirumahkan saat kebijakan lockdown menekan perekonomian. Pemerintah sekarang memperkirakan output industri menyusut sebanyak 6 persen tahun ini.

Tingkat persetujuan untuk penanganan epidemi oleh pemerintah turun enam poin menjadi 38 persen, menurut sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga polling Ifop yang diterbitkan hari Minggu di Journal Du Dimanche.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper