Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa pihak menyebut bahwa asal muasal virus corona baru yang telah menyebabkan pandemi COVID-19 di seluruh dunia terkait dengan adanya kebocoran laboratorium di Wuhan, China.
Kemungkinan hal tersebut terjadi tampaknya tidak bisa lagi diabaikan setelah bukti mengungkapkan bahwa para ilmuwan telah melakukan penelitian terhadap kelelawar gua yang terinfeksi virus.
Sebuah laporan menunjukkan bahwa Wuhan Institute of Virology tengah mempelajari kelelawar yang diambil dari gua-gua di Yunnan, yang diperkirakan merupakan tempat asal binatang yang menjadi sumber wabah.
Gua tersebut berjarak sekitar 1.000 mil atau sekitar 1.600 kilometer dari Wuhan, tempat virus pertama kali dilaporkan ada di pasar hewan. Namun, bukti baru ini bisa jadi memperkuat teori yang berkaitan dengan asal infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2.
Beberapa pihak memang menyebut bahwa virus itu pertama kali melakukan lompatan dari manusia ke hewan di pasar hewan yang ada di Wuhan, akan tetapi kemungkinan adanya kebocoran laboratorium menjadi salah satu opsi yang tidak bisa dikesampingkan.
Temuan-temuan dari studi 5 tahun diterbitkan dalam sebuah makalah penelitian berjudul “Discovery of a Rich Gene Pool of Bat SARS-Related Coronaviruses Provides New Insights into the Origin of SARS Coronavirus”.
Baca Juga
Menurut penelitian, para ilmuwan telah menemukan sejumlah besar virus corona terkait SARS pada kelelawar di berbagai daerah di China sejak 2005 silam. Namun, secara khusus hewan yang ada di gua-gua Yunnan memiliki 11 urutan, virus corona yang berbeda dengan yang lainnya.
Eksperimen laboratorium yang dilakukan adalah bagian dari proyek untuk memeriksa sumber virus corona setelah wabah penyakit seperti SARS. Sejauh ini, eksperimen kelelawar Yunnan ini telah menerima sekitar US$3,7 juta dalam bentuk hibah dari US National Institutes of Health.
Namun demikian, Kedutaan Besar China dalam sebuah pernyataan dengan cepat menyangkal spekulasi tentang adanya kegiatan laboratorium dan menyebut bahwa tuduhan itu sangat gegabah.
“Tuduhan yang tergesa-gesa dan sembrono dengan menyebut China sebagai asal virus dalam upaya mengalihkan kesalahan sebelum adanya kesimpulan ilmiah apapun. Ini tidak bertanggung jawab dan membahayakan kerja sama internasional,” tulis pernyataan tersebut.