Bisnis.com, JAKARTA - Untuk mencegah penularan Covid-19, masyarakat yang menggunakan disinfektan buatan sendiri yang terdiri dari bahan-bahan kimia seperti klorin dan alkohol. Disinfektan itu disemprotkan ke manusia di bilik disinfektan.
Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan mekanisme penyemprotan alkohol atau klorin pada tubuh manusia. Dalam keterangan resminya, WHO menyatakan penyemprotan bahan-bahan kimia pada bilik-bilik disinfektan buatan sendiri dapat membahayakan jika terkena pakaian atau selaput lendir.
Untuk memberikan solusi kepada masyarakat, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Balai Pengembangan Instrumentasi mengembangkan Ozon Nanomist sebagai bahan dasar disinfektan nonkimia.
Ozon merupakan bentuk lain dari oksigen sebagai reaksi oksigen dan sinar ultraviolet dari matahari.
"Ozon banyak ditemui di sekitar kita dan kembali menjadi oksigen secara alami,” terang Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, Anto Tri Sugiarto dalam keterangan rilis yang diterima Bisnis, Selasa (31/3/2020).
Anto menjelaskan, sejak tahun 1906, Ozon sudah digunakan sebagai bahan dasar disinfektan karena memiliki kemampuan oksidasi yang lebih baik dibandingkan klorin dan hidrogen peroksida.
Baca Juga
“Hal ini menjadikan Ozon sangat efektif dalam membunuh berbagai jenis mikroorganisme berupa virus, bakteri dan jamur,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini Ozon banyak digunakan untuk setrilisasi bahan makanan, minuman, peralatan produksi, peralatan medis, air kolam renang dan pada pengolahan air minum. Bahkan Ozon juga dipergunakan untuk terapi beberapa jenis penyakit termasuk SARS dan MERS.
Anto menerangkan, bila dipaparkan pada udara dalam sebuah ruangan, Ozon mampu menstrerilisasi udara dan permukaan ruangan tersebut. Ozon juga efektif untuk menonaktifkan SARS pada udara dan permukaan dengan durasi pemaparan hingga 30 menit dan dengan dosis 0.5-2.5 part per million.
Menurutnya, dengan kemampuan disinfeksi tersebut, Ozon diyakini memiliki kemampuan membunuh bakteri atau virus yang menempel di permukaan atau di udara, dalam ruangan tertutup seperti bilik desinfektan.
“Ozon nanomist secara teknis dapat dipakai untuk menggantikan disinfektan kimia di bilik desinfektan dengan potensi resiko lebih rendah selama dipakai mengikuti durasi dan ketentuan,” ungkapnya.
Kendati demikian, Ozon nanomist tidak serta merta menjamin seseorang dapat terbebas dari virus di dalam tubuh. Sebab, upaya pencegahan terbaik tetap dengan mencaga gaya hidup sehat dan bersih, serta rajin mencuci tangan dan mandi setelah beraktivitas di luar rumah.