Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Akan Hubungi Xi Jinping Bahas Virus Corona

Dilansir dari www.straitstimes.com, Trump mengatakan dalam konferensi pers bahwa ia akan berbicara dengan Xi, Jumat (27/3/2020) malam hari waktu Singapura.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) bersama Presiden China Xi Jinping (kiri) saat kunjungan ke Beijing, China, Kamis (9/11/2017)./Reuters-Damir Sagolj
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) bersama Presiden China Xi Jinping (kiri) saat kunjungan ke Beijing, China, Kamis (9/11/2017)./Reuters-Damir Sagolj

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump mengatakan akan berdiskusi melalui telepon dengan Presiden China Xi Jinping terkait dengan kasus virus corona.

Dilansir dari www.straitstimes.com, Trump mengatakan dalam konferensi pers bahwa ia akan berbicara dengan Xi, Jumat (27/3/2020) malam hari waktu Singapura.

Di Amerika Serikat kini jumlah kasus telah melampaui jumlah penyebaran virus di China dan Italia, menurut Universitas Johns Hopkins.

Data negara-demi-negara yang diterbitkan Kamis malam menunjukkan bahwa kasus-kasus virus corona yang dikonfirmasi di AS telah melampaui 81.285, dengan wabah terbesar ada di New York, New Jersey dan California.

Sebanyak 1.177 orang Amerika telah meninggal karena virus yang menyebar cepat. Namun ,Trump meragukan hal ini, dengan mengatakan "Anda tidak tahu jumlahnya di China" dilansir dari www.ftnews.com.

Trump mengatakan dia dan Xi akan membahas pandemi global dan menegaskan mereka memiliki "hubungan yang sangat baik". Namun, dilain pihak dia masih memunculkan pertikaian di kedua belah negara karena saling menyalahkan siapa yang menyebarkan virus ini.

Di satu sisi, Trump berulangkali menyebut Covid-19 sebagai "virus Cina", karena virus itu pertama kali menyebar di kota Wuhan. Hal ini memicu kemarahan masyarakat China. Di sisi lain pejabat kementerian luar negeri China telah mengatakan bahwa ini teori konspirasi yang mana tentara AS membawa virus ke China.

Sebelumnya, setelah konflik hampir dua tahun, Amerika Serikat dan China akhirnya menandatangani gencatan senjata perdagangan sehingga membuat kalangan pebisnis dunia lega.

Kesepakatan itu merupakan hadiah bagi Presiden AS Donald Trump yang tengah menghadapi sidang pemakzulan dan pertarungan pemilihan presiden pada akhir tahun ini. Trump menyebut perjanjian itu "sangat penting".

Akan tetapi, tarif impor senilai ratusan miliar dolar, atau dua pertiga dari nilai lebih dari US$500 miliar impor dari China, merugikan konsumen dan pebisnis bisnis Amerika Serikat.

Perjanjian "fase satu," termasuk janji dari China untuk meningkatkan pembelian produk pertanian Amerika dan ekspor lainnya selama dua tahun, memberikan beberapa perlindungan untuk teknologi AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper