Bisnis.com, JAKARTA - SoftBank Group Corp mengecam Moody's Corp setelah rating utangnya diturunkan dua tingkat.
SoftBank menuduh perusahaan pemeringkat internasional tersebut bias dan menciptakan kesalahpahaman substansial beberapa hari setelah kelompok investasi ini mengumumkan program penjualan aset senilai US$41 miliar yang sebenarnya dimaksudkan untuk menopang kepercayaan.
Saham SoftBank turun sebanyak 8,4 persen pada awal perdagangan di bursa Tokyo. Selain menurunkan peringkat perusahaan, SoftBank menurunkan peringkat utang ke Ba3 dari Ba1 sehingga mendorong aset perusahaan lebih dalam ke zona 'junk' atau sampah.
Peringkat ini diberikan di masa-masa kritis bagi pendiri SoftBank Masayoshi Son, yang minggu ini akan menggerakkan permainan terbesarnya untuk membungkam kritik dan menopang saham dan obligasi perusahaannya yang hancur lebur.
"Penurunan peringkat seperti itu, yang menyimpang secara substansial dari kriteria peringkat Moody yang disebutkan, akan menyebabkan kesalahpahaman yang substansial bagi investor yang mengandalkan pemeringkatan dalam membuat keputusan investasi," ungkap manajemen SoftBank dalam sebuah pernyataan resmi yang dikutip Bloomberg, Kamis (26/3/2020).
Dalam pernyataannya, Softbank juga meminta Moody untuk menarik peringkat tersebut.
Pada akhir Desember 2019, posisi kas SoftBank sebesar 1,7 triliun yen atau US$15 miliar. Namun, utang perusahaan juga cukup besar. Perusaahaan tercatat memiliki utang sebesar 1,68 triliun yen dalam bentuk surat utang dan kredit.
Utang perusahaan ini akan jatuh tempo dua tahun ke depan. Sementara itu, total utang mencapai 3,6 triliun yen akan jatuh tempo empat tahun ke depan.
Perusahaan yang mengelola investasi Vision Fund hingga US$100 miliar ini sangat rentan di tengah guncangan ekonomi mengingat jumlah utang mereka. Selain itu, perusahaan juga terseret oleh dua startup asuhannya yang merugi, yaitu WeWork dan Oyo Hotels.
Softbank juga menargetkan penjualan saham Alibaba Group Holding Ltd. sebesar US$14 miliar. Perusahaan juga akan memangkas kepemilikan di sejumlah perusahaan, salah satunya Sprint Corp.
"Penjualan aset akan menjadi tantangan di tengah penurunan pasar keuangan saat ini, dengan valuasi yang jatuh dan aksi flight to quality," kata Senior Credit Officer Moody di Tokyo Motoki Yanase.