Bisnis.com, JAKARTA - Ketika banyak negara secara agresif menutup restoran, bar, teater dan sejumlah lini bisnis untuk menahan penyebaran virus corona, Singapura dengan berani menolak langkah itu.
Negara kota itu konsisten dengan langkah pembatasan sosial atau social distancing tanpa menerapkan penutupan menyeluruh.
Presiden Halimah Yacob pada akun Facebook-nya menyatakan meski kasus baru di China sudah dapat dikendalikan, namun di Eropa dan Amerika Serikat, wabah masih berada di puncaknya.
"Sepertinya kita belum mencapai puncak wabah dari transmisi penyakit ini dan masih akan menjadi kekhawatiran untuk Singapura," katanya dikutip Sabtu (21/3/2020).
Halimah melanjutkan, jika lockdown diterapkan di Singapura, dampak sosial dan ekonomi akan makin besar. Adapun, ekonomi Singapura telah terpukul dan menghadapi ancaman resesi karena sektor perdagangan dan pariwisata tak beroperasi normal.
Halimah mengimbau masyarakat untuk tetap berada di rumah masing-masing jika merasa sakit, menghindari kerumunan, tidak berjabat tangan dan tetap memperhatikan informasi dari pemerintah.
Pemerintah Singapura sebelumnya telah berupaya membatasi gangguan pada perusahaan dan pekerja setelah Malaysia memberlakukan lockdown. Kebijakan itu telah meningkatkan kekhawatiran tentang kekurangan tenaga kerja dan suplai makanan di Singapura.
Sebelum menerapkan larangan terhadap pertemuan dalam jumlah besar, Kementerian Kesehatan Singapura sempat membatasi jumlah keramaian maksimal 250 orang.
Kementerian juga mendesak para pengusaha untuk mengizinkan stafnya bekerja dari rumah, dan mengatakan akan memperpanjang penangguhan beberapa kegiatan untuk para manula hingga 14 hari ke depan sampai 7 April 2020.
"Kami tidak melihat bukti penyebaran masyarakat luas di Singapura pada tahap ini, karena sebagian besar peningkatan berasal dari kasus warga asing. Namun kami ingin menjadi proaktif dalam menerapkan langkah-langkah penyelamatan yang sangat ketat sejak dini," kata Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong, dilansir dari Bloomberg, Sabtu (21/3/2020) .
Adapun hari ini Singapura melaporkan dua kematian akibat virus corona. Laporan ini menjadi kasus kematian pertama sejak kasus pertama virus tersebut ditemukan di negara tersebut.
Salah satu pasien yang meninggal dunia adalah wanita berumur 75 tahun yang merupakan warga negara Singapura. Adapun, pasien berikutnya merupakan warga negara Indonesia (WNI), pria berusia 64 tahun.