Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Puncak Wabah Corona, DPR: Lockdown Belum Perlu

Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan Indonesia belum perlu melakukan isolasi atau penguncian satu wilayah akibat dampak virus Corona. Meski sudah ada sejumlah korban infeksi maupun korban meninggal dunia akibat Corona, lockdown dinilai belum perlu.
Ilustrasi-Anggota militer memeriksa formulir otorisasi perjalanandi stasiun kereta api Centrale di Milan, Italia, Selasa (10/3/2020). Italia menjadi negara pertama yang mencoba melakukan kebijakan lock down (penguncian) untuk menghentikan penyebaran virus corona. Bloomberg/Camilla Cerea
Ilustrasi-Anggota militer memeriksa formulir otorisasi perjalanandi stasiun kereta api Centrale di Milan, Italia, Selasa (10/3/2020). Italia menjadi negara pertama yang mencoba melakukan kebijakan lock down (penguncian) untuk menghentikan penyebaran virus corona. Bloomberg/Camilla Cerea

Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan Indonesia belum perlu melakukan isolasi atau penguncian satu wilayah akibat infeksi virus Corona. Meski sudah ada sejumlah korban infeksi maupun korban meninggalakibat virus Corona, lockdown dinilai belum perlu dilakukan saat ini.

Menurut Saleh pencegahan dan antisipasi dari segala aspek agar virus Corona tidak semakin menyebar sangat diperlukan. Dia mengaku sangat prihatin dengan bertambahnya jumlah mereka yang positif terinfeksi Corona.

Kondisi itu, ujarnya, menandakan bahwa virus ini masih mengkhawatirkan. "Karena itu, pemerintah perlu melakukan terobosan-terobosan untuk mencegah penyebarannya, namun  penguncian atas satu wilayah belum diperlukan," ujarnya.

“Selama penyebarannya masih bisa dikendalikan, tentu belum perlu untuk mengunci satu kota tertentu,” tegas Saleh.

Pernyataan itu disampaikannya terkait sejumlah langkah yang disarankan untuk mengatasi penyebaran virus Corona.

Deputi Bidang Intelijen Teknologi BIN Mayjen TNI Afini Boer dalam sebuah diskusi memperkirakan puncak penyebaran Corona atau Covid-19 di Indonesia akan terjadi sekitar bulan Puasa atau 60-80 hari sejak pengumuman kasus positif (2/3/2020) lalu. Hal ini berdasarkan simulasi data yang dilakukan pihaknya.

Afini Boer menyampaikan ada dua upaya penanganan yang bisa dilakukan.

Menurutnya, membatasi suatu wilayah bisa menjadi pilihan dengan melakukan isolasi atau bisa bersifat self isolation (isolasi mandiri). Selain itu, bisa dilakukan contact tracing, yakni dengan melacak ke mana saja korban melakukan perjalanan dan dengan siapa mereka berhubungan sehingga bisa membatasinya (restriksi).

"Seandainya infeksi sudah menurun baru kita lakukan mitigasi sehingga terjadi penurunan,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Kantor DPP Partai Golkar, Jumat (13/3/2020).

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menegaskan bahwa Pemerintah harus sudah menyiapkan protokol tertentu untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona.

Alasannya, intensitas kegiatan yang melibatkan massa pada bulan puasa sangat tinggi dan rawan terhadap penyebaran virus mematikan itu.

"Dari BIN disebutkan bahwa puncaknya kemungkinan akan terjadi di bulan puasa, kita tahu banyak sekali bahkan tiap hari salat tarawih akan dilakukan, apakah akan restriksi di masjid-masjid karena memang pertemuan di atas 100 dibatasi di beberapa negara. Protokol kita seperti apa. Harus sudah disiapkan dari sekarang," ujar Meutya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper