Bisnis.com, JAKARTA -Ini adalah sebuah teori tak berdasar mengenai virus Corona (Covid-19). Setidaknya, teori-teori tersebut dibuat hanya berdasarkan perkiraan tanpa melalui riset ilmiah. Ada kata lain yang pas dalam bahasa Indonesia tak baku untuk menggambarkan fenomena ini: cocoklogi.
Selain itu, ada alasan lain, selain tak melalui riset ilmiah, mengapa teori-teori konspirasi soal virus Corona tersebut dikatakan tak berdasar. Yakni, tak ada satu pun media arus utama dunia yang mengangkat teori-teori ini dalam artikel mereka. Bahkan, beberapa media arus utama justru meluruskan teori-teori tak berdasar itu. Dan, berikut adalah teori-teori konsporasi itu.
1. Virus Corona Buatan Israel-Amerika
Nama Philip Giraldi tetiba menjadi buah bibir belakangan ini. Musababnya, mantan perwira intelijen militer dari Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA) tersebut membuat sebuah teori soal muasal virus corona.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Strategic Culture Foundation, Geraldi mengatakan bahwa virus tersebut bukan muncul dari proses alami. Melainkan produk labolatorium yang diprakarsai oleh Amerika dan Israel.
“Ada spekulasi yang signifikan bahwa virus Corona tidak terjadi secara alami melalui mutase, melainkan diproduksi di labolatorium. Mungkin ini sebagai agen perang biologis,” ucap Giraldi, seperti yang dikutip dari Menafn.com, sebuah situs yang terdengar (sangat) asing.
Giraldi mengatakan bahwa cukup sulit memang untuk percaya teori tersebut. Namun, ia menambahkan, toh pemerintah AS pernah melakukan hal serupa pada September 2005—dia menuliskan 2005-9.
Baca Juga
“Secara diam-diam mengembangkan virus komputer yang disebut Stuxnet, yang dimaksudkan untuk merusak sistem kontrol dan pengoperasian komputer Iran yang digunakan dalam program penelitian nuklir negara itu,” tulis Giraldi.
Lalu, di mana hubungannya dengan Israel? Menurut Giraldi, akhir-akhir ini para ilmuwan di Galilee Research Institute Israel mengklaim bahwa mereka memiliki vaksin virus corona. Dalam beberapa minggu ke depan, siap untuk didistribusikan dan digunakan dalam waktu 90 hari.
“Lembaga ini mengklaim telah terlibat dalam empat tahun penelitian tentang pengembangan virus Corona yang didanai oleh Kementerian Sains & Teknologi dan Pertanian Israel,” ucapnya. Cocologi, bukan? Silahkan Anda yang menilai.
2. Epidemi Bukan dari China
Pernyataan ini pertama kali dikeluarkan oleh Zhong Nanshan, ahli pulmonology—cabang ilmu kedokteran yang menangani gangguan kesehatan pada pernafasan. “Virus corona pertama kali muncul di China, tetapi mungkin bukan berasal dari China,” katanya, dikutip dari mediaNational Review.
Pernyataan itu semakin “menggila” kala Duta Besar China untuk Afrika Selatan menulis di akun Twitter-nya dengan warna yang hampir serupa dengan ucapan Zhong.
“Meskipun epidemi pertama di China, itu tidak berarti bahwa virus tersebut berasal dari China apalagi dikatakan buatan China,” ucap Duta Besar tersebut.
Atas pernyataan tersebut, National Review mewawancarai sejumlah pihak untuk meminta komentarnya. Dan, ujung-ujungnya, semua ucapan orang-orang China tadi hanya untuk mengalihkan isu.
“Ini lebih dari sekadar informasi yang salah,” kata Xiao Qiang, asisten profesor di Berkeley’s School of Information, California University. “Ini kampanye terencana, habis-habisan oleh Pemerintah China melalui setiap saluran di tingkat yang jarang Anda lihat. Ini serangan balik.”
Seperti yang diketahui banyak orang, China memang memiliki saluran komunikasi, seperti media social, sendiri di negara mereka. Contohnya, Weibo atau WeChat.
Sedangkan Dali Yang, Profesor ilmu politik dari Chicago University mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Zhong atau Dubes China di Afsel adalah semacam pengalihan isu terhadap ketidakmampuan mereka menanggulangi hal ini.
3. Cara Amerika dan Inggris Meraih Uang dari Vaksin
Ini adalah teori konspirasi lain soal virus corona. Menurut penganggas teori ini, Amerika dan Inggris memiliki rencana komersial dari bencana virus corona. Benar atau tidak?
Yang pasti, hingga saat ini, media sebesar BBC pun, masih menanyakan rencana pemerintah Inggris untuk menghadapi kejadian luar biasa ini.
“Virus Corona: Bagaimana Rencana Pemerintah Inggris Menghadapi Peristiwa ini?” Begitu kira-kira judul berita BBC pada Senin (9/3/2020) kemarin.
Mengapa Teori Konspirasi Begitu Cepat Tersebar?
Pertanyaan tersebut bakal kerap didengungkan untuk menanyakan mengapa teori konspirasi begitu cepat tersebar di masyarakat. Dan, ada banyak jawaban untuk hal itu. Salah satunya yang diungkapkan oleh The Next Web (TNW), satu situs asal Belanda.
Menurut penelitian, tulis TNW, menunjukkan teori konspirasi memiliki kecenderungan muncul di saat terjadi krisis di tengah masyarakat—seperti serangan teroris, perubahan politik, atau krisis ekonomi.
Teori konspirasi berkembang dalam periode ketidakpastian dan ancaman, di mana banyak orang yang sulit mencari kebenaran.
Jejak Pendapat YouGov 2019 menemukan fakta tersebut. Yakni 16 persen responden di Spanyol percaya bahwa HIV diciptakan dan disebarkan ke seluruh dunia dengan sengaja oleh kelompok atau organisasi rahasia.
Dan 27 persen responden Perancis dan 12 persen responden Inggris yakin bahwa "kebenaran tentang efek berbahaya vaksin sengaja disembunyikan dari publik".
Untuk mengatasi hal itu, menurut TNW, seharusnya masyarakat berpegangan pada pernyataan orang yang ahli di bidangnya.