Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah China memberi sinyal kemajuan dalam upaya memerangi wabah virus corona (Covid-19) yang telah menewaskan lebih dari 3.100 orang dan menginfeksi puluhan ribu lainnya.
Kondisi ini menjadi pertanda jelas bahwa ekonomi 'Sang Naga' mulai bangkit kembali.
Kasus Covid-19 yang menurun di China mendorong Presiden Xi Jinping mengunjungi Wuhan untuk pertama kalinya sejak isolasi diterapkan di kota itu. Hal itu sekaligus untuk menumbuhkan kepercayaan bahwa pemerintah Negeri Tirai Bambu mampu menangani wabah.
Dilansir Bloomberg, Selasa (10/3/2020), menurut laporan Bloomberg Economics, ekonomi di kekuatan terbesar kedua di dunia itu kemungkinan beroperasi pada kapasitas 70 persen hingga 80 persen pekan lalu. Sedangkan China International Capital Corp memperkirakan operasional ekonomi negara tersebut telah mencapai sekitar 76 persen pada 8 Maret 2020.
Kontrol pemerintah dan warga yang enggan keluar rumah telah membatasi konsumsi. Selain itu, banyak pabrik masih belum beroperasi dengan kapasitas penuh karena gangguan logistik, kekurangan pegawai atau terbatasnya persediaan bahan baku.
Pada Senin 9 Maret 2020, permintaan batu bara untuk listrik mencapai puncak tertinggi sejak 21 Januari lalu. Namun, tingkat operasinya turun sekitar 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 2018. Meski demikian, peningkatan permintaan listrik itu mungkin bukan indikator yang sempurna untuk meningkatkan produksi.
Seiring dengan laporan anekdotal dari seluruh wilayah pusat manufaktur pantai timur China yang luas, angka-angka kekuatan menunjukkan sebagian besar kapasitas industri negara berjalan di bawah dari kapasitas penuh, bahkan masih ada yang menganggur.
Beberapa pemerintah kota telah memberikan target konsumsi energi karena data listrik digunakan untuk menunjukkan naiknya penggunaan. Menurut orang yang mengetahui masalah ini, hal itu mendorong beberapa perusahaan kembali beroperasi meskipun pabrik itu kosong dan tidak menghasilkan apa-apa.
Menurut Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, yang mengutip data satelit, emisi polusi dari aktivitas industri mengkonfirmasi tren yang sama dengan output listrik, yakni turun setelah Tahun Baru Imlek dan kemudian perlahan pulih.
Dalam sebuah survei terhadap lebih dari 150 perusahaan Amerika di China pada pertengahan Februari 2020, hanya sekitar 18 persen mengatakan mereka akan kembali normal pada akhir bulan lalu, dengan 28 persen lainnya memprediksi situasi normal akan kembali pada akhir Maret.
Selain itu, impor gas alam cair telah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan pada kahir Februari, tetapi kembali turun pada pekan lalu karena pasar kelebihan pasokan.
Shanghai Petroleum & Natural Gas Exchange mengatakan, impor LNG akan tetap lemah pada Maret dan April karena konsumsi gas industri telah turun tajam terdampak wabah coronavirus.
Sementara itu, jumlah perjalanan dengan pesawat, kereta api, mobil dan kapal laut, berada di angka yang sama saat menjelang Tahun Baru Imlek jika dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, begitu memasuki hari pertama Tahun Tikus pada 25 Januari 2020, angkanya menunjukkan penurunan tajam.
Seorang pejabat di Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial dalam konferensi pers mengatakan kini sekitar 78 juta pekerja migran telah kembali bekerja atau 60 persen dari mereka yang kembali ke rumah untuk tahun baru di bulan. Seorang pejabat Kementerian Transportasi mengatakan, hampir semua pekerja diperkirkan akan kembali bekerja pada awal April.
Sedangkan perusahaan swasta terbesar di China, yang membuat iPhone dan banyak perangkat elektronik lainnya, mengatakan pekan lalu akan beroperasi secara normal pada akhir bulan ini, setelah menyelesaikan kekurangan tenaga kerja yang parah akibat wabah tersebut.