Bisnis.com, JAKARTA - Kota Bethlehem di Tepi Barat, Yerusalem, harus menerima nasib tak mengenakkan. Para warga di sana, kini hidup seperti dalam penjara. Pasalnya, baik otoritas Palestina maupun Israel di sana, menutup (lockdown) sementara kota sampai waktu yang belum ditentukan.
Adalah wabah virus corona yang membuat nasib mereka seperti ini sekarang. Pemerintah Palestina telah mengonfirmasi ada tujuh orangnya di sana yang positif terpapar virus tersebut. Fakta ini membuat otoritas di sana segera memberlakukan status darurat Yerusalem untuk 30 hari ke depan. Keputusan ini sekaligus membatalkan banyak acara di sana.
"Semua warga Israel dan Palestina dilarang untuk masuk atau meninggalkan kota ini," ucap Kementerian Pertahanan Israel seperti yang dikutip dari Arab News. Langkah ini, menurut Kementerian, sudah melalui koordinasi oleh pemerintah Palestina.
Seperti yang diketahui, wilayah Yerusalem memiliki dua pemerintahan, Palestina dan Israel. Negara yang disebut terakhir, menguasai sebagian besar akses masuk ke Yerusalem. Namun, Palestina memiliki otoritas di sejumlah kota di Yerusalem.
Church of the Nativity, yang dibangun di situs yang diyakini umat Kristen tempat kelahiran Yesus, ditutup pada hari Kamis (5/3/2020) waktu setempat. Situs tersebut bakal ditutup hingga 20 Maret ke depan. Sedangkan otoritas Palestina membatalkan sholat Jumat di sedikitnya 27 masjid di daerah Betlehem hari ini.
"Kami telah memutuskan untuk mencegah masuknya wisatawan untuk jangka waktu 14 hari dan untuk mencegah hotel di semua kota menerima orang asing," kata Menteri Pariwisata Palestina, Rula Maayah kepada AFP.
Baca Juga
Sebab Bethlehem Ditutup
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, kasus ini pertama kali terdeteksi di sebuah hotel di daerah Bethlehem. Menurut Kepala Direktorat Kementerian Kesehatan setempat, sekelompok wisatawan asal Yunani sempat mengunjungi hotel tersebut pada akhir Februari. Dua di antaranya, kemudian positif terpapar virus corona.
Pejabat pemerintah mengumumkan serangkaian tindakan di Tepi Barat yang diduduki, juga termasuk pembatalan acara olahraga besar dan pertemuan besar lainnya.
Asbed Balian, ulama senior dari gereja Armenia di Church of the Nativity, mengatakan pengunjung yang terinfeksi telah memasuki situs tersebut. "Orang-orang yang terpapar virus corona mengunjungi gereja (di Betlehem)," katanya kepada AFP. "Ini akan ditutup selama 14 hari dan mereka akan menyemprotkan disinfektan."
Sekolah, universitas, dan masjid di Bethlehem juga ditutup Kamis dan Marathon Palestina, yang dijadwalkan 27 Maret, telah ditunda.
COGAT, badan Israel yang bertanggung jawab atas kegiatan sipil di Wilayah Palestina, mengatakan bahwa pihaknya "bekerja sama dengan Otoritas Palestina" untuk membendung penyebaran virus.
Israel, yang sejauh ini memiliki 16 kasus penyakit yang dikonfirmasi, telah memberlakukan langkah-langkah tegas pada banyak negara Eropa dalam upaya untuk menahan virus itu. Israel juga membatalkan latihan militer bersama dengan Amerika Serikat di Jerman.
Tentara Israel mengumumkan bahwa mulai Jumat siang semua pasukan akan dicegah meninggalkan Israel, baik dalam perjalanan pribadi atau bertugas.