Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan lainnya cidera akat aksi kekerasan di Ibu Kota India, New Delhi sejak Minggu (23/2/2020), menurut pejabat rumah sakit dan media setempat.
Polisi dan pasukan paramiliter berpatroli di jalan-jalan dalam jumlah yang jauh lebih besar kemarin. Mereka terlihat mengawasi pertokoan dan bangunan di wilayah bekas kerusuhan.
Perdana Menteri India, Narendra Modi menyerukan agar masyarakat tenang setelah kekerasan sektarian terburuk dalam beberapa dekade itu mendorong tuntutan untuk pemberlakuan jam malam militer.
Tuntutan jam malam itu muncul setelah partai-partai oposisi mengkritik pemerintah karena dinilai gagal mengendalikan kekerasan, meskipun menggunakan gas air mata dan granat asap.
Sonia Gandhi, presiden partai oposisi Kongres, menyerukan pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Amit Shah, yang secara langsung bertanggung jawab atas hukum dan ketertiban di ibukota seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (27/2/2020).
Sunil Kumar, Direktur Rumah Sakit Guru Teg Bahadur (GTB) tempat banyak korban dirawat mengatakan hampir 60 orang mengalami luka tembak.
Kekerasan itu meletus akibat ribuan orang menentang undang-undang baru yang disahkan oleh pemerintah nasionalis Hindu di Modi yang dinilai diskriminatif terhadap umat Islam.
Salah satu isi Citizenship Amendment Act (CAA) itu mempermudah warga non-muslim dari beberapa negara tetangga yang didominasi muslim untuk mendapatkan kewarganegaraan India.
Para kritikus mengatakan hukum itu bias terhadap muslim dan merusak konstitusi sekuler India. Akan tetapi partai berkuasa, Bharatiya Janata Party pimpinan Modi membantah membuat kebijakan yang bias terhadap 180 juta muslim India.
Sejumah media lokal, seperti dikutip CNN.com, melaporkan aparat kepolisian sampai menembakkan gas air mata untuk membubarkan para perusuh.
Pejabat Rumah Sakit Guru Teg Bahadur, Rajesh Kalra mengatakan belasan orang dari ratusan yang terlibat bentrokan berada dalam kondisi kritis. Dia bahkan mengatakan bahwa beberapa orang mengalami luka tembak.
Seorang polisi senior, Alok Kumar, menuturkan para pedemo bahkan tak segan menyerang aparat. Stasiun televisi India, PTI, melaporkan satu petugas terluka dan lima truk pemadam juga ikut rusak akibat bentrokan itu.
Sedangkan media penyiaran NDTV juga menuturkan tiga wartawan dan seorang juru kamera ikut diserang massa dalam kerusuhan itu.