Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Meroket, OYO Tetap Merugi US$335 Juta

Oyo Hotels & Homes, menelan kerugian US$335 juta kendati mencatakan pendapatan US$951 juta pada tahun fiskal 2019.
Salah satu penginapan di Jakarta yang tergabung di jaringan Oyo./Oyorooms.com
Salah satu penginapan di Jakarta yang tergabung di jaringan Oyo./Oyorooms.com

Bisnis.com, JAKARTA - Oyo Hotels & Homes (OYO), perusahaan rintisan yang bergerak di bidang akomodasi asal India, mencatatkan kenaikan pendapatan hingga US$951 juta pada tahun fiskal 2019 (per Maret 2019).

Angka tersebut menunjukkan kenaikan empat kali lipat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya mencetak pendapatan senilai US$211 juta. Namun, kerugian justru naik menjadi US$335 juta dari sebelumnya US$53 juta seiring dengan ekspansi perusahaan rintisan ini ke China dan pasar-pasar lainnya.

OYO pertama kali didirikan oleh Ritesh Agarwal di India sebagai alternatif akomodasi murah dengan kualitas yang terjamin. Dengan dukungan SoftBank Group Corp., perusahaan ini membidik ekspansi secara internasional dan menjadi waralaba hotel dengan jumlah kamar terbanyak di dunia.

Berkat keagresifannya di India, negara tersebut berkontribusi terhadap pendapatannya hingga 63,5 persen pada tahun fiscal lalu, atau turun dari 99 persen sebelumnya. Kerugian OYO di India turun menjadi 14 persen dibandingkan sebelumnya sebesar 24 persen.

"Kami berada pada jalur yang benar untuk mencapai keuntungan. Kami sama sekali tidak menetapkan target, tetapi pendapatan terus tumbuh, kerugian turun, dan marjin cukup sehat,” kata Aditya Ghosh, salah satu direksi OYO, dilansir Bloomberg, Senin (17/2/2020).

Perusahaan saat ini cukup khawatir dengan merebaknya wabah virus corona di China karena telah memicu larangan perjalanan di beberapa negara.

“Krisis virus corona telah menguasai China dan itu akan berdampak negatif terhadap bisnis dalam jangka pendek. Kita tidak bisa mengatakan berapa kerugiannya. Terlalu dini untuk mengatakan jumlah kerugiannya tetapi banyak provinsi di China yang sudah terdampak,” ujar Ghosh.

Berdasarkan laporan keuangannya, marjin kotor naik menjadi 14,7 persen dari 10,6 persen. OYO telah melakukan pengurangan pasar-pasar tertentu, misalnya dengan merumahkan sekitar 12.000 karyawannya di India.’

“Kita telah keluar dari 200 kota di India dan itu hanya berkontribusi di bawah 5 persen terhadap pendapatan,” jelas Rohit Kapoor, CEO untuk India dan Asia Selatan.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper