Bisnis.com, JAKARTA—Wabah virus corona telah menyebabkan kematian lebih dari 810 orang di China atau melampui jumlah kematian yang diakibatkan oleh SARS yang dimulai dari China hampir dua dekade lalu.
Hanya kurang dari dua bulan sejak mencuat pada Desember tahun lalu di Wuhan, kasus infeksi virus corona mencapai 37.000 orang. Penularan yang cepat oleh virus corona ini juga jauh melebihi kasus penularan SARS yang hanya 8.100 kasus dan menewaskan 774 orang.
Sindrom pernafasan akut atau SARS dan virus corona masih merupakan satu keluarga besar yang menyebabkan bermacam-macam penyakit mulai dari pilek hingga infeksi mematikan. Meski kedua virus ini sama-sama berasal dari China sebelum akhirnya menyebar ke beberapa negara lainnya, kedua virus ini memiliki perbedaan signifikan dalam penularannya.
David Heymann Pakar Epidemiologi dari World Health Organization (WHO) mengatakan tingkat kematian akibat penularan virus SARS hampir 10%, sedangkan virus corona ini di bawah 2%. Berdasarkan analisis WHO yang dikutip Bloomberg, Minggu (9/2/2020), sekitar 82% dari17.000 pasien menunjukkan kasus infeksi ringan.
“Kalian harus membandingkan ini dengan dua perspektif. Wabah virus corona bisa lebih dramatis daripada itu,” katanya.
Hingga saat ini, WHO tidak merekomendasikan larangan perjalanan akibat wabah virus corona, tetapi sejumlah negara sudah terlebih dahulu melakukan larangan perjalanan untuk mencegah penularan. Heyman menambahkan virus ini menyebar sangat cepat dan belum ada riset yang bisa memberikan gambaran bagaimana proses penularannya dan bagaimana mengentikan penularan itu.
Baca Juga
Jumlah kasus dan kematian akibat virus corona mungkin lebih besar dibandingkan angka yang ada saat ini. Sistem kesehatan di Wuhan cukup kewalahan menghadapi epidemik ini sehingga kasus-kasus ringan bisa saja tidak dihitung oleh regulator setempat.
“Saya percaya data itu, tetapi saya tidak bisa berkata bahwa mereka melaporkan angka yang benar. Satu-satunya hal yang bisa memastikan itu adalah pergi ke sana dan mengawasi perkembangannya,” ujar Anthony S. Fauci, Kepala Institut Kesehatan Nasional, National Institute of Allergy and Infectious Diseases.