Bisnis.com, JAKARTA - Wabah virus Corona yang merebak di China telah memicu tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perjalanan dari dan ke kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Hal itu membuat ribuan orang terdampar di seluruh dunia dan memberikan pukulan besar pada industri penerbangan internasional.
Dilansir Bloomberg, setidaknya sudah ada 14 negara dan kawasan, mulai dari Amerika Serikat, India hingga Hong Kong, yang memberlakukan pembatasan perjalanan dari dan ke China untuk menahan penyebaran virus yang lebih luas.
Hingga saat ini, virus yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, provinsi Hubei itu, telah menyebabkan kematian lebih dari 560 jiwa dan menginfeksi hampir 30.000 orang.
"Maskapai penerbangan dunia telah menutup sementara 26 persen layanan perjalanan dari dan ke China mulai 23 Januari hingga 3 Februari," menurut Cirium, sebuah perusahaan analisis perjalanan udara, dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/2/2020).
Larangan perjalanan ke China juga diberlakukan oleh negara-negara di Asia Tenggara seperti Filipina serta Indonesia. Diperkirakan ada sekitar 5.000 turis China yang saat ini masih berada di Pulau Bali setelah adanya larangan perjalanan ke daratan China.
Implementasi yang tiba-tiba dan terkadang kacau membuat wisatawan seperti Neren Gaffud terjebak barisan orang-orang telantar.
Wanita berusia 39 tahun yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hong Kong ini sedang mengunjungi keluarganya di Filipina ketika Presiden Rodrigo Duterte melarang perjalanan ke pusat keuangan tersebut, bersamaan dengan larangan ke daratan China dan Makau.
Olivia adalah seorang agen asuransi asal Hong Kong yang sedang pulang ke kampung halamannya di China dalam rangka Tahun Baru Imlek. Penyebaran virus Corona membuat Olivia harus dikarantina sebelum bisa kembali ke Hong Kong.
Meskipun masih terlalu dini untuk mengukur dampak sepenuhnya terhadap maskapai penerbangan, OAG Aviation Worldwide Ltd. mengatakan China belum pernah mengalami gelombang penundaan penerbangan sebesar ini.
Operator dari Delta Air Lines Inc. hingga British Airways telah menghentikan semua layanan penerbangan ke China.
Cathay Pacific Airways Ltd., maskapai penerbangan Hong Kong, menutup 90 persen penerbangan ke daratan China dan memberlakukan cuti tidak dibayar terhadap hampir 27.000 staf dari 1 Maret hingga 30 Juni.
Investor terus memperhatikan kondisi ini. Indeks Bloomberg World Airlines terpantau turun 5 persen sejak pertengahan Januari dan diperdagangkan pada level terendah dalam hampir tujuh tahun terakhir versus indeks saham global MSCI World.