Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengatakan pada 2006 tidak pernah dilapori bahwa terjadi krisis keuangan yang serius di PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Karena itu, SBY tak merasa terusik ketika Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan bahwa permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak 10 tahun lalu.
"Tesis saya, untung rugi dalam dunia bisnis bisa saja terjadi. Kalau mengetahui kondisi keuangannya tak sehat, korporat tentu segera melakukan langkah-langkah perbaikan," kata SBY dalam keterangan tertulis, Senin (27/1/2020),
Bahkan, ketika beberapa saat kemudian Kementerian BUMN secara eksplisit mengatakan bahwa masalah Jiwasraya bermula pada tahun 2006, SBY mengatakan juga tak merasa terganggu.
Ketika mendengar ada kasus keuangan yang menimpa Jiwasraya, SBY mengaku memilih tak berkomentar apa pun. Karena, menurut dia, bisa saja sebuah korporat, termasuk Jiwasraya, mengalami masalah demikian. Pasang surut keadaan keuangan perusahaan, sehat-tidak sehat, kata dia, boleh dikatakan lumrah.
"Namun, ketika dalam perkembangannya saya ketahui angka kerugiannya mencapai 13 triliun rupiah lebih, saya mulai tertarik untuk mengikutinya. Ini cukup serius," ujar SBY.
Baca Juga
Dan ketika mulai dibangun opini makin kencang bahwa seolah tidak ada kesalahan pada masa pemerintahan sekarang, dan yang salah adalah pemerintahan sebelumnya, SBY mulai bertanya apa yang terjadi. Dia mempertanyakan kenapa isunya dibelokkan.
SBY juga mempertanyakan kenapa dengan cepat dan mudah menyalahkan pemerintahannya. Padahal, SBY mengklaim tahu bahwa krisis besar, atau jebolnya keuangan Jiwasraya ini terjadi tiga tahun terakhir.
"Karenanya, di hadapan staf dan beberapa tamu saya di rumah yang merasa tidak terima jika lagi-lagi saya yang disalahkan, saya sampaikan komentar ringan saya. Intinya, kalau memang tak satupun di negeri ini yang merasa bersalah, dan tak ada pula yang mau bertanggung jawab, ya salahkan saja masa lampau," katanya.